Monday, December 27, 2010

Persiapan Mendaki Aconcagua


BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Setelah beristirahat seminggu di Santiago, Cile, tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) 2009-2012 mulai mempersiapkan diri untuk pendakian ke Puncak Aconcagua (6.959m). Akhir pekan lalu tim yang didukung penuh PT Mudking Asia Pasifik Raya itu bergerak ke Mendoza, Argentina menggunakan bus.

Wartawan Warta Kota Max Agung Pribadi yang bergabung bersama tim, Minggu (26/12/2010) melaporkan, tim mengecek ulang dan memilah semua perlengkapan dan belanja logistik yang masih kurang. Perlengkapan yang sebelumnya digunakan tim untuk mendaki Puncak Vinson Massif di Kutub Selatan tidak seluruhnya digunakan di Aconcagua. Jaket downsuit dan sepatu triple boot misalnya, hanya akan digunakan kembali di Gunung Everest dan Mc Kinley (Amerika Utara). Peralatan itu ditinggalkan di Mendoza.

Tim yang beranggotakan Sofyan Arief Fesa (27), Janatan Ginting (21), Broery Andrew (21), dan Xaverius Frans (21) mendaki puncak Aconcagua dengan dukungan pemandu gunung dari Acomara. Pendakian dimulai pada 28 Desember setelah sebelumnya tim bergerak ke Puenta del Inca menggunakan kendaraan.

Pendakian ke Aconcagua dimulai dari titik ini setelah pencatatan administrasi di Destacamento Guardaparque Horcones atau semacam kantor pengelola taman nasional setempat. Dari 33 jalur menuju puncak, jalur melalui Polish Original Glacier termasuk yang terpanjang.

Dari Puente del Inca, akses menuju puncak terbagi menjadi dua, ke arah barat melalui Lembah Horcone dimana Rute Normal berada serta ke arah timur melalui Lembah Vacas dimana Rute Polish Glacier berada. Pada peta topografi Provincial Aconcagua skala 1:50.000 terlihat, perjalanan di Lembah Vacas ini relatif landai dengan melintasi dua-tiga kontur dan dua kali menyeberangi Sungai Vacas. Jalan mulai menanjak tajam setelah melewati Casa de Piedra (3.245m), empat hari perjalanan dari Puente del Inca.

Ketua tim Sofyan Arief Fesa mengatakan, tim akan bergerak mengangkut seluruh logistik dengan mobil hingga Quebrada de Vacas. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan trekking dan perbekalan diangkut menggunakan mulas (sejenis keledai) hingga ke Pampa de Lenas (3.100m). Keesokan harinya menuju Casa de Piedra (3.600m) hingga ke Base Camp Plaza Argentina (4.180m).

Di base camp tim akan beraklimatisasi selama dua hari sambil mengangkut perbekalan menuju Camp I (4.950m) lalu kembali ke basecamp. Pada 5 Januari, tim melanjutkan pendakian dengan taktik himalaya yaitu mendaki sambil beraklimatisasi dengan menambah ketinggian dan memindahkan perbekalan secara bertahap. Setelah menginap sehari di Camp I, tim lalu memindahkan perbekalan ke Camp II (5.800m). Dari Camp II tim mendaki menuju Piedra Bandera (6.400m) dan direncanakan akan menggapai puncak pada 10 Januari 2011.

Muhamad Muqharabbin bin Mokhtarrudin (28) alias Qobin, pendaki Malaysia yang ditemui di pesawat menuju Buenos Aires mengatakan, cuaca di sekitar puncak Aconcagua tak menentu. ”Seringkali hanya nasib baik saja kita bisa ke puncak karena sekalipun hari cerah, angin kencang bertiup sewaktu-waktu. Kalau anginnya sudah sampai 40 kilometer per jam, kita tidak bisa ke puncak karena bahaya terkena frostbite,” tutur Qobin yang baru turun dari puncak pada pertengahan Desember lalu.

Ia dalam perjalanan menuju Vinson Massif untuk menggenapi pendakian Seven Summits. Sehari sebelum ia menggapai puncak, tiga tenda di camp III sampai hancur disapu Angin Putih atau El Viento Blanco, cuaca ekstrem Aconcagua yang sangat terkenal.

“Cuaca setempat benar-benar tak menentu. Karena itu pandai-pandailah mengatur waktu buat summit attack,” tutur Qobin yang juga sudah mendaki Everest (2004), Kilimanjaro (2010), dan Kosciusko (2010). (MAX)

Read More..

Tim Mulai Mendaki Menuju Kamp 1


PLAZA DE MULAS, KOMPAS.com — Dalam pendakian Aconcagua hari ketujuh, tim ekspedisi tujuh puncak dunia mulai bergerak menuju kamp 1 atau Plaza Canada di ketinggian 4.910 meter di atas permukaan laut (4.910 mdpl) setelah empat malam menginap di Plaza de Mulas untuk aklimatisasi. Tim berangkat pada Jumat (24/12/2010) pagi setelah sarapan dan cek peralatan.

Tim menginap di kamp utama Plaza de Mulas (4.300 mdpl) untuk aklimatisasi sebelum menembus ketinggian 5.000 mdpl. Rencananya, tim akan dijadwalkan mendaki ke puncak Aconcagua (6.962 mdpl) pada 28 Desember jika cuaca cerah.Perjalanan menuju Plaza Canada memerlukan waktu sekitar 3-4 jam melalui medan tanah berbatu yang terjal. Tim akan menginap sehari di Plaza Canada sebelum bergerak ke kamp 2 atau Nido de Condores (5.334 mdpl) dan menginap dua hari untuk aklimatisasi.

Setelah itu, tim bergerak menuju Camp Colera di ketinggian sekitar 5.900 mdpl. Awalnya, tim akan menginap di Camp Berlin atau kamp 3 di ketinggian 5.800 mdpl. Namun, terdapat perubahan rencana karena Camp Colera lebih dekat ke puncak.

Dalam perjalanan dari Plaza de Mulas menuju Camp Colera, anggota tim, baik dari media maupun pendaki, akan menggunakan porter untuk mengangkut sebagian barang untuk tidur, peralatan pendakian es, dan peralatan pengiriman berita.

Sebelumnya, tim juga telah melakukan aklimatisasi ke Plaza Canada pada Rabu (22/12/2010) lalu saat masih menginap di Plaza de Mulas. Dalam aklimatisasi tersebut, beberapa anggota tim terkena sakit kepala dan sesak napas, gejala penyakit ketinggian.

Namun, koordinator pemandu dari Aymara, Andres Girotti, mengatakan bahwa kondisi itu merupakan hal yang normal asalkan sakitnya masih dalam taraf ringan. “Yang terpenting adalah minum air yang banyak,” ucapnya.

Read More..

Besok, Pendakian Puncak Aconcagua


BUENOS AIRES, KOMPAS.com — Tim ekspedisi tujuh puncak dunia mulai Sabtu (25/12/2010) akan memulai pendakian puncak Aconcagua di Argentina. Ini merupakan puncak keempat yang akan didaki setelah tim sukses mencapai Puncak Cartenz di Papua, Kilimanjaro di Afrika, dan Elbrus di Eropa.

Dari informasi yang diterima Kompas.com, kondisi fisik, mental, dan medis tim sehat, sesuai hasil cek medis terakhir selesai melakukan aklimatisasi di Plaza de Mulas, salah satu base camp sebelum mendaki puncak. Beberapa anggota tim sempat mengalami pusing-pusing dan diare, tetapi sudah pulih. Semua peralatan sudah diuji coba dan memenuhi syarat. Selain itu, pemandu profesional melayani dengan baik. Yang penting, selera makan semua anggota tim masih terjaga dengan baik.

Pendakian Aconcagua yang dilakukan Wanadri ini dipimpin oleh Yoppi sebagai ketua tim, Ardhesir sebagai komandan pendaki, dan Nurhuda sebagai komandan operasi. Mereka secara khusus mohon agar didoakan sebelum pendakian puncak Aconcagua dimulai.

Read More..

Tim Pulihkan Kondisi di Plaza de Mulas

JAKARTA, KOMPAS.com - Perjalanan tim ekspedisi 7 Summits menuju puncak Aconcagua di ketinggian sekitar 6.962 meter di atas permukaan air laut (mdpl) terus berlanjut. Hingga kemarin, Selasa (21/12/2010) waktu setempat, tim telah tiba di Plaza de Mulas pada ketinggian 4.260 mdpl. Berdasarkan informasi yang diterima dari Sekretariat Ekspedisi 7 Summits, Rabu (22/12/2010), sesuai rencana awal, kemarin (Selasa), tim beristirahat sehari penuh di Plaza de Mulas untuk memulihkan kondisi sebelum melanjutkan perjalanan. Di titik ini seluruh anggota tim juga kembali melakukan cek medis.

Secara keseluruhan, tim berada dalam kondisi yang baik, meskipun beberapa personel seperti Martin Rimbawan dan Nurhuda mengalami penurunan kondisi. Nurhuda yang mengalami diare sejak beberapa hari sebelumnya mengaku bahwa kondisinya telah membaik, dan tim medis telah menyatakan tidak ada masalah dengan kesehatannya.

Nurhuda, komandan operasional menuturkan dalam laporannya bahwa perjalanan yang ditempuh oleh tim pada hari sebelumnya, Senin (20/12/2010) merupakan perjalanan yang cukup berat. Tim menempuh perjalanan sejauh 20 kilometer dari Confluencia menuju Base Camp Plaza de Mulas.

"Kami berjalan selama 10 jam 20 menit. Kita mulai berjalan pukul 08.15, dan tiba di Base Camp pukul 18.20. Mungkin ini perjalanan terpanjang dari pendakian Aconcagua secara keseluruhan," tulis Huda dalam laporannya kepada Sekretariat tim 7 Summits, Rabu (22/12/2010).

Dalam perjalanan ini, lanjut Huda, beberapa anggota tim mulai merasakan sakit kepala ringan. Hingga pada ketinggian 3.900 mdpl di Ibanez Camp Site, reporter dari Metro TV, Yulian, tidak bisa melanjutkan perjalanan karena sakit kepala. Yulian pun turun kembali ke Confluencia, sementara anggota tim lainnya melanjutkan perjalanan.

"Besok (22 Desember), Yulian akan menyusul ke Plaza de Mulas menggunakan mules (sejenis keledai untuk transportasi lokal). Tapi dia tidak diizinkan untuk mendaki lebih tinggi. Jadi kemungkinan dia akan tinggal di base camp selama tim melakukan pendakian," urai Huda.

Perjalanan dalam beberapa hari mendatang, imbuhnya, akan sedikit berubah dari rencana awal. Hal ini dilakukan setelah tim berdiskusi dengan pemandu perjalanan. Salah satu perubahan adalah terkait dengan lokasi camp ketiga nanti. Awalnya, tim berencana menggunakan Camp Berlin sebagai Camp 3. Namun dengan berbagai pertimbangan, tim akan menggunakan Camp Colera yang terletak sekitar 50 meter vertikal di atas Camp Berlin sebagai camp ketiga.

Meski terjadi perubahan rencana, hal ini tidak merubah jadwal tim untuk melakukan summit attack pada tanggal 28 Desember mendatang. Ardhesir Yaftebi, Iwan Irawan, Nurhuda, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi serta Gina Afriani adalah enam pendaki inti dalam ekspedisi 7 summits yang berasal dari Wanadri. Dalam pendakian ke puncak tertinggi benua Amerika Selatan kali ini, mereka didampingi oleh ketua harian 7 Summits, Yoppi Rikson Saragih. Turut serta dalam rombongan pendaki, Harry Susilo (Kompas), Yulian dan Popo Nurakhman (Metro TV).

Ekspedisi yang akan berlangsung hingga 2012 ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, antara lain Pertamina, Telkomsel, Eiger, Point Trek dan Tugu Pratama.

Read More..

Tim 7 Summit Memulai Pendakian


JAKARTA, KOMPAS.com - Tim 7 Summits memulai pendakian menuju puncak Aconcagua yang berada di 6.962 meter di atas permukaan air laut (mdpl) sejak akhir pekan lalu. Pada Sabtu (18/12/2010) sekitar pukul 11.30 waktu setempat, perjalanan dimulai dari Puente Del Inca, tempat mereka bermalam, menuju Confluencia.

Sebelum memulai tracking ke Confluencia, tim berkesempatan untuk menengok cemetery Andinista. Ini adalah sebuah memorial yang dibuat pengelola setempat untuk para pendaki yang tewas dalam perjalanannya di Aconcagua. Norman Edwin, pendaki gunung asal Indonesia juga merupakan salah satu nama yang ada di memorial tersebut.

Dari Puente Del Inca menuju Confluencia, tim melalui medan yang relatif landai. Nurhuda, komandan operasi tim menuturkan, medan ini tak jauh berbeda dengan sebelumnya, yaitu berupa gurun, kering, dan berangin. Tak lama, setelah menaiki bukit pertama, terlihat danau berwarna hijau. Namanya Laguna de Horocones. Ia adalah oasis yang airnya bersumber dari Rio de Horocones, tulis Nurhuda dalam laporannya ke sekretariat 7 Summits melalui surat elektronik.

Medan yang cenderung serupa menyertai perjalanan tim hingga mereka tiba di Confluencia camp, 4 jam kemudian. Confluencia camp sendiri merupakan sebuah pertemuan lembahan sekaligus persimpangan antara dua jalur untuk menuju puncak Aconcagua, yaitu jalur normal (yang tim gunakan) serta jalur south face. Jalur kedua terkenal dengan tingkat kesulitannya, dan bahkan masuk sebagai tiga dinding tersulit di dunia.

Setelah tiba di Confluencia Camp di ketinggian 3.300 mdpl, tim beristirahat sejenak lalu kemudian mendirikan tenda. Satu tenda, akan berisi masing-masing dua orang. "Tidak mudah mendirikan tenda dalam terpaan angin yang cukup kencang," tulis Huda menggambarkan kencangnya angin di camp.

Lolos Tes Medis Pertama

Setelah mendirikan tenda, tim dipanggil satu per satu untuk melakukan tes medis. Hal ini memang menjadi salah satu persyaratan yang wajib dilakukan oleh seluruh pendaki yang ingin menggapai puncak Aconcagua.

Dalam pemeriksaan medis yang pertama ini, enam pendaki utama yaitu Ardhesir Yaftebi, Iwan Irawan, Nurhuda, Fajri Al Luthfi, Martin Rimbawan dan Gina Afriani dinyatakan sehat. Begitu pula dengan ketua harian 7 Summits, Yoppi Rikson Saragih, dan tiga wartawan yang turut serta, yaitu Harry Susilo (Kompas), Popo Nurakhman dan Yulian (Metro TV) juga dinyatakan tidak bermasalah dengan kondisi medisnya.

Keesokan harinya, Minggu (19/12/2010), tim memulai proses aklimatisasi atau penyesuaian dengan ketinggian. Tujuan pertama aklimatisasi adalah Plaza Francia pada ketinggian 4.000 mdpl. Proses aklimatisasi ini akan terus berlanjut ke Plaza de Mulas, Plaza Canada, dan seterusnya pada hari-hari berikutnya. Rencananya, tim akan melakukan summit attack pada tanggal 28 Desember nanti.

Aconcagua merupakan puncak keempat yang menjadi tujuan dari tim 7 Summits, setelah sebelumnya mereka berhasil membawa Merah Putih ke puncak Ndugu-Ndugu, Kilimanjaro dan Elbrus. Perjalanan ke tujuh puncak tertinggi di tujuh benua ini akan berlangsung hingga 2012 mendatang.

Read More..

Tim Bertolak ke Mendoza


BUENOS AIRES, KOMPAS– Tim ekspedisi tujuh puncak dunia mulai bertolak ke Provinsi Mendoza menggunakan pesawat dari Ministro Pistarini International Airport, Buenos Aires, Kamis (16/12/2010) sekitar pukul 09.50 waktu setempat. Tim akan menginap sehari di Mendoza sebelum mulai mendaki puncak Aconcagua pada Jumat besok.

Tim dijadwalkan tiba di Mendoza, provinsi yang berbatasan dengan Cile, sekitar pukul 12.50 waktu setempat atau malam ini. Setelah itu, tim akan bertemu dengan pihak Aymara, yang menjadi guide pendakian ke Aconcagua, untuk kemudian mengurus perizinan pendakian dan melengkapi peralatan. Tim tujuh puncak dunia menggunakan jasa Aymara sebagai guide dan yang menyiapkan makanan selama pendakian.

Tim ekspedisi tujuh puncak dunia dari Wanadri yang beranggotakan Ardehir Yaftebbi (28), Iwan Irawan (38), Martin Rimbawan (25), Fajri Al Luthfi (25), Nurhuda (23), dan Gina Afriani (22) berencana memulai pendakian pada Jumat melalui jalur normal (normal route) yang merupakan rute paling sering digunakan pendaki.

Wartawan Kompas Harry Susilo yang menyertai para pendaki melaporkan, perjalanan dimulai dengan menggunakan mobil ke pos Taman Nasional Aconcagua di Laguna de Horocones yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki selama tiga hari ke base camp Plaza de Mulas (4.230 mdpl).

Dengan melalui serangkaian proses aklimatisasi, tim akan melanjutkan perjalanan melalui Plaza Canada (4.877 mdpl), Nido de Condores (5.334 mdpl), dan Camp Berlin (5.800 mdpl).

Setelah 11 hari pendakian, tim dijadwalkan dapat mencapai puncak Aconcagua pada 28 Desember mendatang. Pendakian ke Aconcagua ini paling aman dilakukan pada saat musim panas di Argentina, yaitu mulai November hingga Maret. Biasanya, pendakian sejak pertengahan Desember hingga akhir Januari merupakan yang terpadat sepanjang tahun.

Selain terkenal karena menjadi pintu masuk ke Aconcagua dan pesona alamnya yang menawan, Mendoza merupakan provinsi yang tersohor produksi anggurnya. Duta Besar RI untuk Argentina Kartini Nurmala Syahrir bahkan mengakui, jika kualitas anggur Mendoza merupakan yang terbaik di Argentina.

Jamuan makan malam

Sebelumnya, dalam jamuan makan malam, Rabu atau Kamis pagi waktu Indonesia Barat, tim dilepas oleh Kartini di kediamannya di Wisma KBRI, Buenos Aires. Pada kesempatan itu, Dubes berharap tim dapat mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi di Amerika Selatan tersebut.

Makan malam itu juga dihadiri rombongan delegasi Badan Pemeriksa Keuangan yang dipimpin anggota BPK Sapto Amal Damandari dan tim sepak bola U-17 dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). BPK hadir di Aconcagua dalam rangka mengaudit keuangan KBRI sedangkan tim sepak bola dari NAD sedang berada di Paraguay untuk berlatih sepak bola selama tiga tahun. KBRI di Argentina juga menaungi negara Paraguay dan Uruguay.

Menurut Kartini, berkibarnya merah putih di puncak Aconcagua yang berada di ketinggian 6.962 meter di atas permukaan laut (mdpl) dapat menjadi ajang promosi bangsa Indonesia di Amerika Selatan. Dia mengapresiasi tim yang mau melanjutkan semangat Norman Edwin, pionir pendakian tujuh puncak dunia dari Indonesia yang juga wartawan Kompas yang meninggal di Aconcagua pada Maret 1992.

Kartini sangat antusias dengan adanya program pendakian ke puncak Aconcagua dan ekspedisi tujuh puncak dunia yang dilakukan pendaki gunung dari Indonesia. “Andaikan saya 15 tahun lebih muda, saya pasti mau ikut serta,” ujar Kartini bersemangat.

Semasa mudanya, Kartini Syahrir juga merupakan sosok yang senang bertualang ke alam bebas. Dia turut bergabung dengan kelompok Mapala Universitas Indonesia pada 1968 dan sempat menjabat Ketua Umum Mapala UI pada 1974. “Saya masuk Mapala UI sebelum almarhum Norman,” katanya lebih lanjut.

Read More..

Tim Puncak Dunia Dilepas Ibu Dubes

BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Tim ekspedisi tujuh puncak dunia yang akan mendaki puncak Aconcagua dilepas oleh Duta Besar RI untuk Argentina Kartini Nurmala Syahrir di kediamannya di Wisma KBRI, Buenos Aires, Rabu (15/12/2010) malam waktu setempat atau Kamis pagi waktu Indonesia. Dubes berharap tim dapat mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi di Amerika Selatan tersebut.
Tim dilepas Dubes RI Kartini Syahrir sambil makan malam di Wisma KBRI karena mereka akan bertolak ke Provinsi Mendoza yang berada di kaki Aconcagua pada Kamis (16/12/2010) pagi. Makan malam itu juga dihadiri rombongan delegasi Badan Pemeriksa Keuangan yang dipimpin anggota BPK Sapto Amal Damandari dan tim sepak bola U-17 dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

BPK hadir di Aconcagua dalam rangka mengaudit keuangan KBRI sedangkan tim sepak bola dari NAD sedang berada di Paraguay untuk berlatih sepak bola selama tiga tahun. KBRI di Argentina juga menaungi negara Paraguay dan Uruguay.

Menurut Kartini, dengan berkibarnya merah putih di puncak Aconcagua yang berada di ketinggian 6.962 meter di atas permukaan laut (mdpl) dapat menjadi ajang promosi bangsa Indonesia di Amerika Selatan. Dia mengapresiasi tim yang mau melanjutkan semangat Norman Edwin, pionir pendakian tujuh puncak dunia dari Indonesia yang juga wartawan Kompas yang tewas di Aconcagua pada Maret 1992.

Kartini sangat antusias dengan adanya program pendakian ke puncak Aconcagua dan ekspedisi tujuh puncak dunia yang dilakukan pendaki gunung dari Indonesia. "Andaikan saya 15 tahun lebih muda, saya pasti mau ikut serta," ujar Kartini bersemangat.

Semasa mudanya, Kartini Syahrir juga merupakan sosok yang senang bertualang ke alam bebas. Bahkan, dia turut bergabung dengan kelompok Mapala Universitas Indonesia pada 1968 dan sempat menjabat Ketua Umum Mapala UI pada 1974. "Saya masuk Mapala UI sebelum almarhum Norman," katanya lebih lanjut.

Rencananya, tim akan berangkat menuju Provinsi Mendoza, yang berbatasan dengan Cile, menggunakan pesawat dengan menempuh perjalanan selama sekitar 2,5 jam. Tim akan menginap sehari di Mendoza sebelum pergi menggunakan mobil ke pos Taman Nasional Aconcagua di Laguna de Horocones yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki selama tiga hari menuju base camp Plaza de Mulas (4.230 mdpl) yang termasuk dalam rute normal.

Read More..

Tim Berangkat Menuju Argentina


CENGKARENG, KOMPAS.com - Tim ekspedisi tujuh puncak dunia yang akan mendaki ke Gunung Aconcagua telah berangkat menuju Buenos Aires, Argentina dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, Selasa (14/12/2010) dini hari.

Tim menggunakan pesawat Qatar Airways QR 671 dan dijadwalkan tiba di Buenos Aires pukul 20.30 di hari yang sama. Argentina memiliki perbedaan waktu sekitar 11 jam lebih dulu dibandingkan Indonesia.Tim akan transit terlebih dulu di Doha, Qatar. Rencananya, tim akan berkunjung ke kantor Kedutaan Besar RI di Argentina sekaligus bersilaturahmi dengan Dubes RI untuk Argentina Dr Kartini Syahrir.

Manajer tim sekaligus Ketua Harian Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Yoppi Rikson Saragih mengatakan, tim akan singgah dua hari di Buenos Aires sebelum ke Mendoza, Pendakian dimulai pada 17 Desember.

Read More..

Gunung Aconcagua Jadi Target Berikutnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Usai sukses menaklukkan puncak Gunung Elbrus (5.642 mdpl) pada Agustus lalu, kali ini tim 7 summits Indonesia yang terdiri dari Ardeshir Yaftebbi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi, Narhuda serta Gina Afriani, kembali bersiap untuk melakukan pendakian keempat. Mereka ingin menaklukkan puncak tertinggi dari Gunung Aconcagua di Argentina.Gunung yang memiliki ketinggian mencapai 6.962 mdpl ini merupakan puncak tertinggi untuk kawasan Amerika Selatan. Rombongan dijadwalkan akan memulai perjalanan pada 17 Desember 2010 dari Mendoza ke kaki Aconcagua.

Rencananya, tim akan mencapai base camp pada tanggal 20 Desember 2010. Selama di base camp dengan ketinggian 4.000 mdpl ini tim akan melakukan aklimatisasi selama tiga malam.

Dari base camp, tim menuju tiga tahapan selanjutnya yakni camp 1 di Kanada dengan ketinggian 4.877 mdlp, camp 2 di Nido de Condores dengan ketinggian 4.334 mdpl dan camp 3 di Berlin dengan ketinggian 5.800 mdpl.

Di camp terakhir, tim rencananya akan melakukan istirahat selama satu hari sebelum mencapai puncak Aconcagua yang rencananya dijadwalkan pada 28 Desember 2010.

Selama berada di tiga camp tersebut tim juga akan menjalani tes medis berupa pengukuran kadar oksigen dalam darah (saturasi oksigen). Ini sangat penting mengingat semakin tinggi puncak ketinggian yang didaki, semakin sedikit pula kandungan oksigen yang ada.

Mengenai persiapan, salah satu anggota tim Ardeshir Yaftebbi menuturkan telah melakukannya sejak merampungkan pendakian puncak Elbrus. Ia pun yakin timnya saat ini tengah dalam kodisi yang terbaik baik dari segi mental maupun fisik.

"Persiapannya sudah dari akhir Agustus lalu sampai seminggu terakhir ini. Yang perlu kami perhatikan adalah mengenai kondisi paru-paru yang cukup baik mengingat kadar oksigen yang sedikit di puncak Aconcagu nanti. Selain itu kami juga mewaspadai adanya awan putih dingin yang terkenal berbahaya," papar Ardeshir, di sela jumpa pers di Jakarta, Senin (13/12/2010).

Puncak Aconcagua merupakan gunung keempat yang akan didaki tim Indonesia. Jika berjalan dengan lancar, setelah Aconcagua pada bulan Mei 2011 nanti akan mendaki ke puncak Denali/Mc Kinley (6.194 mdpl) yang merupakan puncak tertiggi di Amerika utara.

Lalu pada Desember akan dilanjutkan dengan pendakian ke puncak tertinggi di Antartika, Vinson Massif (4.897 mdpl). Terkahir pada pertengahan tahun 2012, tim akan mendaki puncak tertinggi di dunia yakni Everest (8.848 mdpl).

Read More..

Gunung Aconcagua Salah Satu yang Terberat

Bandung, Kompas - Pendakian Gunung Aconcagua di Argentina akan menjadi salah satu perjalanan terberat Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Wanadri 2010. Aconcagua terkenal dengan badai angin dan suhu udara hingga di bawah 35 derajat celsius.

”Aconcagua adalah gunung tertinggi kedua. Pendakian ini akan menjadi salah satu yang terberat dan memerlukan banyak persiapan, terutama fisik. Di sana kami harus membawa barang dan perlengkapan sendiri karena tidak ada jasa porter,” ujar Ketua Tim Pendakian Ardesir Yaftebi di Bandung, Sabtu (2/10).Aconcagua (6.962 meter di atas permukaan laut/mdpl) adalah gunung tertinggi di Amerika Selatan, berlokasi di perbatasan Argentina dan Cile. Aconcagua didominasi es, gletser, dan bebatuan. Selain badai angin, yang harus diwaspadai juga adalah kadar oksigen tipis. Kadar oksigen di puncak Aconcagua lebih rendah sekitar 40 persen daripada di daerah dekat laut.

Akan tetapi, dilihat dari karakteristik perjalanan, tingkat kesulitannya terbilang masih ringan karena tidak perlu memanjat tebing es. Bagi pendaki, sejauh ini berjalan kaki di atas es menjadi yang paling sulit dijalani.

Ardesir mengatakan, tim memulai pendakian dari Provinsi Mendoza, Argentina, menuju puncak selama 18 hari. Pos pertama yang dilewati adalah Pos Plaza de Mulas (4.260 mdpl).

Selanjutnya, tim akan melewati Pos Plaza Canada (4.910 mdpl) dan Pos Nido de Conderas (5.250 mdpl). Pos yang akan dilewati sebelum puncak adalah Berlin (5.900 meter). Perjalanan itu merupakan yang terlama dari tiga puncak yang telah didaki, yakni Cartenz (4.884 mdpl/Papua), Kilimanjaro (5.892 mdpl/ Tanzania), dan Elbrus (5.652 mdpl/Rusia). Waktu itu termasuk proses aklimatisasi di lapangan.

”Waktu yang kami ambil merupakan saat paling ideal untuk pendakian karena di sana sedang musim panas. Lapisan es tidak terlalu keras sehingga memudahkan perjalanan,” kata Ardesir.

Berkaca dari fakta di atas, latihan intensif pun langsung dilakukan sejak sebulan lalu. Latihan dilakukan tiga bulan sebelum keberangkatan.

Ketua Umum Wanadri Darmanto mengingatkan agar fokus utama perjalanan kali ini adalah keselamatan pendaki.

Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Wanadri dimulai sejak 5 Mei 2010 hingga tiga tahun ke depan. Empat gunung lain yang akan didaki adalah Aconcagua, Mckinley (6.194 mdpl), Vinson Masif (4.897 mdpl), dan Everest (8.850 mdpl). (CHE)

Read More..

Endriartono: Jangan Sombong


JAKARTA, KOMPAS.com- Ketua Umum Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Endriartono Sutarto mengingatkan kepada anggota tim untuk tidak bersikap sombong dan angkuh. Keberhasilan menggapai tiga puncak dari tujuh puncak dunia yang ditargetkan adalah hasil kerjasama semua banyak pihak.

Mantan Panglima TNI ini juga menegaskan, keberhasilan tim menggapai tiga puncak adalah untuk memberikan kebanggaan pada bangsa Indonesia. "Ini semua untuk bangsa. Di tengah keterpurukan, bangsa kita bisa memberikan sesuatu yang membanggakan," kata Endriartono saat menyambut kedatangan Tim Ekspedisi Wanadri di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Rabu (25/8/2010).

Tim kembali ke Tanah Air setelah menggapai puncak Gunung Kilimanjaro (5.895 meter Tanzania) dan Gunung Elbrus (5.642 meter di Rusia). Sebelumnya, tim telah mendaki Puncak Ndugu-Ndugu atau Carstensz (4.884 meter) di Papua.

Dalam sambutannya, Endriartono mengingatkan, perjalanan tim ekspedisi belumlah final karena baru separuh perjalanan. "Kita masih harus menggapai empat puncak lainnya," kata mantan Panglima TNI ini.

Tim Ekspedisi yang terdiri dari Ardhesir Yaftebbi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi, Nurhuda, dan Gina Afriani serta pendaki senior Hendricus Mutter disambut antara lain Endriartono, Erry Riyana Hardjapamekas dan keluarga para pendaki serta anggota Wanadri lainnya.

Perjalanan tim disertai jurnalis Kompas Ambrosius Harto, Bambang Hamid dan Popo Nurakhman (Metro TV).

Ambro mencapai puncak Kilimanjaro, namun tidak berhasil mencapai Puncak Elbrus karena terkena penyakit gunung. Sedang sebelumnya wartawan Kompas yang lain Harry Susilo dengan anggota tim yang sama, sukses menggapai puncak Ndugu-ndugu (Papua) beberapa waktu lalu.

Gina Afriani adalah satu-satunya pendaki wanita yang tergabung dalam tim. Setelah berhasil mengibarkan Merah Putih di tiga puncak gunung, Tim Ekspedisi segara bersiap dan berlatih kembali untuk menggapai empat puncak gunung lainnya yakni Aconcagua (6.962 meter di Argentina), McKinley (6.194 di Alaska), Vinson Massif (4.897 meter, Antartika) dan Mount Everest (8.848 meter, Nepal/China).

Manajer Tim Bambang Hamid dan Ketua Bidang Eksternal Ekspedisi Ipong Witono mengatakan, pendakian Aconcagua akan dilaksanakan Desember 2010. ”Pendakian berikutnya akan lebih berat dan panjang,” ujar Bambang seraya menambahkan, ”Latihan dan persiapan harus dilakukan sejak dini.”

Ketua tim pendaki Adhesir Yaftebbi mengatakan, salah satu faktor penting dalam pendakian adalah sikap untuk jangan pernah patah semangat dan jangan pernah takut untuk gagal.

Ia menegaskan pada 17 Agustus 2010, Tim sebenarnya sudah 200 meter menjelang Puncak Elbrus, namun memutuskan untuk turun karena badai yang begitu kencang menghantam tim. Tim baru mencapai puncak 19 Agustus 2010.

Read More..

Tim Ekspedisi Tiba dari Elbrus


JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Ekspedisi 7 Puncak Dunia, Rabu (25/8/2010) petang ini, tiba kembali di Tanah Air. Rencananya, tim akan disambut langsung Ketua Umum Ekspedisi 7 Puncak Dunia Endriartono Sutarto di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta.

Juga akan bergabung dengan para penyambut adalah para aktivis Wanadri dan Redaktur Pelaksana Harian Kompas Budiman Tanuredjo. Dalam tim ini, ikut bergabung wartawan Kompas Ambrosius Harto.
"Tim akan tiba dengan Turkish Air pukul 17.25," kata Ipong Witono dari Wanadri kepada Kompas melalui telepon Rabu.

Seperti diberitakan, Tim Ekspedisi 7 Puncak Dunia telah berhasil mencapai puncak Kilimanjaro (5.892 mdpl) di Tanzania dan puncak Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia.

Pendakian ke Elbrus sempat terkendala cuaca pada tanggal 17 Agustus lalu sehingga tim terpaksa turun ke basecamp. Tim akhirnya berhasil mencapai puncak dua hari kemudian.

Sebelumnya, tim juga sudah berhasil mencapai puncak Carstenz atau Ndugu-Ndugu di Papua.

Tim Ekspedisi yang bernama 7 Summits ini rencananya akan mendaki tujuh puncak tertinggi di tujuh benua hingga tahun 2012. Setelah menaklukkan Carstensz, Kilimanjaro, dan Elbrus, tim masih akan mendaki empat puncak lainnya, yakni Vinson Massif (Antartika, 4.897 mdpl), McKinley (Amerika Utara, 6.194 mdpl), Aconcagua (Argentina, 6.962 mdpl), dan Everest (8.850 mdpl).

Read More..

Besok, Tim Akan Daki Lagi Puncak Elbrus


JAKARTA, KOMPAS.com- Gagal mencapai puncak pada Selasa (17/8/2010) kemarin, tim Ekspedisi 7 Puncak Dunia, Kamis (19/8) besok akan kembali mencoba mendaki Puncak Elbrus di Rusia.

Demikian surat elektronik yang diterima Wanadri di Jakarta dari tim pendaki dan disebarkan ke media, Rabu.

Dalam surat itu disebutkan, tim mulai mendaku dari Pastukhov, Selasa sekitar pukul 03.30. Ketika itu, cuaca cerah meskipun angin bertiup kencang. Perjalanan juga lancar hingga sekitar pukul 07.00.Setelah itu, hujan salju mulai turun. Kabut mulai melingkupi Elbrus. Jarak pandang hanya 20 meter. Mulai pukul 08.00, hujan salju makin deras, tetapi tim tetap bersemangat naik terus.

Pukul 11.00, tim sebenarnya sudah berhasil mencapai saddle elbrus (5400 meter), tetapi angin sudah sangat kencang, hujan salju sudah berubah menjadi badai salju. Tim pendaki bertemu dengan dua tim pendaki lain yang sudah memutuskan turun.

Tim akhirnya berhenti dan berunding, dan memutuskan turun dengan pertimbangan keselamatan lebih penting. Perjalanan turun berjalan lambat, karena harus melawan angin dari muka. Kadang mereka bahkan harus berjalan miring untuk menghindari terpaan angin ke muka yang sangat perih.

Pukul 15.00, seluruh tim kembali ke basecamp dengan selamat. Semula mereka akan mencoba naik lagi hari ini. Akan tetapi dengan perrtimbangan cuaca dan kondisi fisik, akhirnya mereka memutuskan akan naik kembali pada 19 agustus nanti.

Read More..

Menguji Diri di Gletser Kashkatash


KOMPAS.com — Keterampilan dan peralatan khusus mutlak diperlukan dalam pendakian gunung es Elbrus (5.642 meter) di Rusia selatan. Peralatan bisa dibeli atau disewa. Keterampilan mendaki sambil menggunakan peralatan harus dilatih.

Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri berniat menggapai Elbrus, puncak Eropa yang diselimuti salju, pada 17 Agustus.

Untuk itu, sebelum pendakian, tim melatih keterampilan pendakian gunung es di Gletser Kashkatash, dekat Elbrus, Rabu (11/8/2010) siang.Berhasil tidaknya latihan di gletser itu akan menentukan keberhasilan pendakian di Elbrus nantinya.

Kashkatash amat dikenal di kalangan pendaki Elbrus. Di sanalah pendaki melatih diri berjalan di lapisan es hingga mendaki tebing es. Jarak gletser itu sekitar 10 kilometer dari hotel tempat tim menginap di Desa Elbrus, Terskol, wilayah otonom Karachay-Balkar, Rusia selatan.

Kashkatash ditempuh sekitar satu hingga dua jam pendakian dari suatu pemondokan (hut) yang berupa tangki-tangki (barrel) berjejer di lembahnya.

Anggota tim pendaki Gina Afriani mencatat, pemondokan itu berada pada ketinggian 2.200 meter, sedangkan salah satu titik tempat latihan di Kashkatash berketinggian 2.600 meter.

Rute pendakian menuju Kashkatash berupa jalan setapak yang terjal, curam, berbatu, serta kiri dan kanan jurang dalam. Pendakian itu amat meletihkan dan menguras energi.

Kami memakai bot ganda untuk medan es—dan bisa juga meski tidak disarankan—dipakai di medan berbatu. Sepatu itu berbobot lebih dari 2 kilogram. Apalagi kami masih harus memanggul perlengkapan, bekal dan peralatan dalam tas, serta menenteng tongkat ski.

Saya tidak terbiasa berjalan memakai sepatu besar dan berat. Apalagi menjelang Kashkatash, medannya berupa tumpukan batu besar, tajam, dan rentan longsor.

Saya sempat terjatuh dan nyaris membentur batu sebesar jip. Untunglah tongkat ski menyelamatkan nyawa saya dengan menahan beban tubuh, meskipun patah satu, sehingga badan tidak membentur batu.

Pemandu pendakian kami adalah Sergei dan Daniel dari Alpindustria, perusahaan jasa pendakian dan kegiatan alam terbuka di Rusia.

Sekitar pukul 12.30 waktu setempat tim tiba di Kashkatash.

Sergei mengatakan, pelajaran pertama adalah belajar berjalan di es memakai krampon atau alas bot ganda berupa cakar-cakar tajam dari baja untuk pencengkeram lapisan es.

Pelajaran kedua adalah berjalan dengan bantuan kapak es. Kapak itu bisa difungsikan sebagai tongkat, bahkan pembongkar lapisan es, untuk membuat pijakan kaki hingga pengait. Satu sisi kapak itu tajam dan bergerigi, sedangkan sisi lainnya berbentuk sekop.

Pelajaran ketiga adalah membuat pijakan kaki dengan bantuan kapak es.

Dalam perjalanan turun itu, saya berkali-kali terpeleset dan jatuh meskipun tidak sampai cedera, apalagi terluka.

Sergei mengatakan, pelajaran berikutnya berlangsung Kamis dan Jumat ini. Setelah itu, tim akan mendaki menuju puncak Elbrus (gunung keabadian dan kebahagiaan).

Elbrus adalah puncak ketiga dari tujuh puncak dunia yang hendak dicapai tim. Dua puncak telah berhasil digapai, yakni Ndugu-Ndugu atau Carstensz Pyramid (4.884 meter) di Indonesia pada 18 April dan Kilimanjaro atau Uhuru (5.895 meter) di Tanzania pada 1 Agustus.

Dari Kashkatash, puncak kembar Elbrus sore itu tidak tertutup kabut seperti hari sebelumnya. Sepertinya puncak itu memanggil kami untuk segera mendaki.

Dalam hati, keinginan cuma satu, mendaki hingga ke puncak Eropa, mengibarkan Merah Putih di sana, dan kembali ke Indonesia dengan selamat.

Inilah harapan dan mimpi yang kami bawa dalam tidur menyongsong latihan berikutnya.

Read More..

Gina dan Hendricus akhirnya Capai Puncak


JAKARTA, KOMPAS.com- Sebuah berita gembira diterima Wanadri dari tim ekspedisi 7 Puncak Dunia yang kini tengah mendaki puncak Kilimanjaro di benua Afrika.

"Alhamdulillah, barusan dapat kabar Hendricus dan Gina berhasil mencapai puncak Uhuru. Kondisinya baik, sekarang dalam perjalan turun," tulis anggota Wanadri Yoppi Rikson Saragih dalam pesannya lewat Blackberry Messenger yang diterima Kompas.com, Selasa (3/8/2010).Seprti diberitakan kemarin, tim ekspedisi telah berhasil mencapai puncak Kilimanjaro pada hari Minggu (1/8). Akan tetapi Gina ditemani Hendricus masih tertinggal dan ketika itu tengah berusaha menggapai puncak.

Berita keberhasilan Gina dan Hendricus mencapai puncak tertinggi di benua Afrika (5.892 mdpl) itu segera disambut gembira rekan-rekannya di Jakarta. Ipong W mengucapkan selamat. Budi Baboon berharap agar keduanya juga selamat ketika turun.

"Mengharukan.. Gina, hebat. Hendricus, dahsyat.. Selamat..!" tulis Aat Soeratin. Ucapan yang sama disampaikan Widia Dj dan Ogun Gunawan.

Ketua Umum Tim Ekspedisi ini, Jenderal (Purn) Endriarto Sutarto kembali menyampaikan rasa bangganya pada tim yang berhasil mendaki Kilimanjaro ini.

Read More..

Tim Ekspedisi Capai Puncak Kilimanjaro


KILIMANJARO, KOMPAS.com — Tepat pukul 12.00 waktu setempat, Tim Ekspedisi 7 Puncak Dunia, Minggu (1/8/2010) kemarin, berhasil mencapai puncak Gunung Kilimanjaro (5.892 meter di atas permukaan laut), sebuah gunung tertinggi benua di Afrika.

Ipong W dari Wanadri, Senin (2/8/2010), melaporkan, saat ini tim sudah turun di ketinggian 3.700 mdpl. Kondisi tim sehat, termasuk wartawan Kompas Ambrosius Harto yang bergabung dengan tim ini.Berita pencapaian luar biasa tim ini, setelah sebelumnya juga sempat mendaki puncak Ndugu-ndugu di Pegunungan Carstensz di Papua, kemudian mendapat tanggapan positif dari sejumlah kalangan.

Sandiaga Uno, misalnya, memberikan ucapan selamat atas keberhasilan tim ini. "Anda membuat bangga Indonesia," tulisnya melalui layanan BlackBerry Messenger.

Mantan KSAD Endriartono Sutarto yang juga penasihat Ketua Umum Tim Ekspedisi ini juga menyampaikan ucapan selamat. "Selamat dan terima kasih untuk semua. Kita masih harus banyak berdoa untuk kelanjutan tugas 7 Summits. Semoga Tuhan senantiasa memberkati Anda," katanya.

Tak lupa, Endriarto mengingatkan bahwa salah satu anggota tim, Gina Aftiani, satu-satunya perempuan dalam tim, masih memerlukan dukungan karena masih berusaha mendaki.

Tim Ekspedisi ini dijadwalkan akan mendaki tujuh puncak dunia. Puncak Carstensz sudah berhasil didaki bulan April lalu, sedangkan Kilimanjaro baru saja sukses didaki, menyusul kemudian puncak Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia akan didaki tanggal 17 Agustus.

Empat gunung lain yang akan didaki antara tahun 2010-2012 adalah Vinson Massif (4.897 mdpl) di Antartika, McKinley (6.194 mdpl) di Amerika Serikat, Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina, dan Everest (8.850 mdpl) di Nepal.

Read More..

Tim Menuju ke Gerbang Gunung Cahaya


KOMPAS.com - Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri berangkat ke Tanzania untuk mendaki Kilimanjaro (5.892 meter)—yang berarti gunung (kilima) cahaya (njaro) pada bahasa Swahili, gunung tertinggi di Afrika, Senin (26/7/2010) pagi. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Ambrosius Harto, yang menyertai tim.

Pendakian ke puncak Uhuru akan dimulai Rabu (28/7/2010) siang melalui jalur Desa Marangu, gerbang Taman Nasional Kilimanjaro, dan akan mencapai puncak pada 1 Agustus.Begitu mendarat di Nairobi setelah penerbangan panjang dari Jakarta, 11 anggota tim dibagi menjadi dua rombongan penerbangan ke Bandara Internasional Kilimanjaro.

Setiba rombongan kedua, perjalanan dilanjutkan ke Marangu memakai bus perusahaan jasa wisata TN Kilimanjaro. Tim berangkat pukul 16.06 WIB dan tiba pukul 18.01 WIB.

Dalam perjalanan, rombongan melewati dataran dengan ladang jagung, savana, dan padang penggembalaan. Jalan raya beraspal mulus dan lebar. Rumah-rumah penduduk berdinding tembok. Rombongan di sepanjang jalan menjumpai banyak orang Masai, suku pejuang (warrior). Mereka berpakaian khas dan unik, yaitu sarung warna-warni dan bermotif.

Sesampai di Marangu, rombongan menjajal sapi dan ayam bakar dengan kentang goreng. Minumnya bisa kopi, teh, air putih, bahkan bir bermerek beken Kilimanjaro.

Setelah cukup kenyang, tim beristirahat di pemondokan Babylon yang baru selesai direnovasi. Air hangat untuk mandi serta kasur empuk dan selimut tebal begitu nyaman dan spesial guna memulihkan kondisi tubuh yang letih akibat perjalanan panjang.

Read More..

Tahap Pertama Kilimanjaro Diselesaikan


KILIMANJARO, KOMPAS.com - Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri menyelesaikan tahap pertama pendakian Gunung Kilimanjaro (5.892 meter) di Tanzania, Rabu (28/7/2010) sore. Setelah mendaki sekitar tiga jam dari gerbang Marangu, pukul 17.00 waktu setempat atau pukul 21.00 WIB, seluruh anggota tim tiba di pemondokan Mandara (2.720 meter) untuk menginap.

Mandara merupakan pemondokan (hut) pertama yang disinggahi para pendaki Kilimanjaro. Untuk itu, tim akan melanjutkan pendakian pada Kamis ini menuju pemondokan Horombo yang berjarak 4,5 jam perjalanan dari Mandara.

Fasilitas pemondokan Mandara amat lengkap dan tertata rapi. Pondok kayu berbentuk limas segitiga. Tim menginap di pondok besar di lantai dua. Lantai bawah untuk bersantai para pendaki menikmati teh, susu, kopi, dan penganan serta makan malam.

Di sekitar pondok terdapat toilet yang juga bangunan kayu yang bersih dan tidak berbau. Pemondokan dikelilingi pepohonan dan vegetasi yang dipenuhi lumut. Sekitar 15 menit berjalan dari Mandara, terdapat sumber air panas.

Sebelum mencapai Mandara, tim menempuh pendakian sekitar 3,5 jam dari gerbang Marangu. T im berangkat dari penginapan Babylon, sekitar lima kilometer dari gerbang Marangu, pukul 10.00 WIB. Setelah antre untuk pendaftaran dan pendakian di Kantor Taman Nasional Kilimanjaro, tim mulai mendaki pukul 12.05 WIB.

Pendakian dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama beranggotakan lima pendaki ekspedisi, dua pendaki senior Wanadri, dan wartawan Kompas . Kelompok dua beranggotakan satu pendaki ekspedisi, satu pendaki senior Wanadri, dan wartawan serta juru kamera Metro TV.

Setiap kelompok didampingi dua pemandu. Adapun semua barang dan perlengkapan pendakian dalam tas besar dibawa portir yang lebih dulu berangkat. Anggota tim cuma membawa tas yang lebih kecil berisi jaket dan celana tahan angin badai, air minum, dan penganan manis dan gurih.

Setelah 1,5 jam mendaki, tim beristirahat di titik Kisambioni (2.200 meter) untuk menikmati makan siang. Makanan disediakan pemasak yang sudah dipesan sebelumnya dengan menu sup sayuran, roti tawar, biskuit, potongan pisang, semangka, tomat, dan paprika hijau. Minumannya jus nanas, teh, dan kopi.

Read More..

Wapres: Kalian Bawa Indomie, Gak?

JAKARTA, KOMPAS.com — Dengan suara agak serak tetapi tetap tersenyum, Wakil Presiden Boediono menyapa para anggota Tim Ekspedisi Seven Summit sambil berseloroh, "Kalian bawa Indomie, enggak?"

Di mata Boediono, seusai memberikan pengarahan pada Tim Ekspedisi Seven Summit di Jakarta, Rabu (21/7/2010), aktivitas mendaki gunung tak pernah lepas dari mie instan untuk mengisi perut saat melakukan pendakian.Seloroh pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, itu pun disambut senyum dan tawa sebagian anggota Tim Ekspedisi ke tujuh puncak tertinggi dunia dan pendukungnya, sesaat sebelum berfoto bersama dengan Wapres Boediono.

Dalam pengarahannya, kepada Tim Ekspedisi yang beranggotakan enam orang dari kelompok pencinta alam Wanadri, Wapres pun menyampaikan minatnya terhadap aktivitas mendaki gunung.

"Tetapi usia saya tidak memungkinkan," kata mantan Gubernur Bank Indonesia itu.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada itu pun menambahkan, "Jangankan naik gunung, saya baru keliling Palu kemudian ke Bandung saja, suara sudah terganggu. Tapi kalau masih muda, saya berani," ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.

Boediono meminta agar tim tetap memerhatikan faktor keselamatan selain meraih impian untuk mendaki tujuh puncak tertinggi di dunia. Sambil satu per satu menyalami keenam pendaki, Wapres menyampaikan, "Selamat yaaa... Hati-hati...."

Sebelumnya, Tim Ekspedisi Seven Summit telah melakukan pendakian ke puncak Ndugu-Ndugu/Cartenz Pyramid pada April 2010, yakni puncak tertinggi di kawasan Australia Oceania.

Tim melanjutkan pendakian ke Puncak Kilimanjaro (Tanzania) dan Elbrus (Rusia) masing-masing pada 28 Juli dan 17 Agustus 2010.

Tim Ekspedisi Seven Summit terdiri atas Ardhesir Yaftebbi, Fajri Al Lutfhi, Nurhuda, Gina Afriani Wulan Pratiwi, Iwan Irawan, dan Martin Rimbawan.

Read More..

Tim Wanadri Daki Kilimanjaro dan Elbrus


JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri siap mendaki puncak Kilimanjaro di Tanzania dan Elbrus di Rusia. Puncak Kilimanjaro yang tertinggi di Afrika bakal digapai pada 1 Agustus. Puncak Elbrus bagian barat, tertinggi di Eropa, bakal digapai pada 17 Agustus.

Demikian penjelasan Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dalam jumpa pers di Wisma Tugu, Jakarta, Selasa (20/7/2010). Tim terdiri dari anggota perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri, yaitu Ardesir Yaftebbi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi, Nurhuda, dan Gina Afriani.Pendakian Kilimanjaro-Elbrus itu melanjutkan keberhasilan pendakian puncak pertama, yaitu di Ndugu-Ndugu atau Carstensz Pyramid di Papua pada April lalu.

Tim dijadwalkan berangkat dari Jakarta pada 26 Juli. Pendakian Kilimanjaro bakal menghabiskan waktu 5 hari. Pendakian dimulai pada 28 Juli dan puncak digapai pada 1 Agustus. Sebelum pendakian menuju puncak bersalju Kilimanjaro, pendaki perlu latihan aklimatisasi atau penyesuaian dengan hawa dingin yang rencananya dilaksanakan di jalur Horombo-Mawenzi Saddle.

Setelah Kilimanjaro, pendakian dilanjutkan ke Elbrus. Pendakian yang memerlukan waktu 8 hari itu dimulai pada 10 Agustus. Tim bakal berupaya keras menggapai puncak pada 17 Agustus untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan mengibarkan Merah Putih.

Di Elbrus nanti, anggota ekspedisi dijadwalkan menjalani kursus singkat pemanjatan gunung es di kawasan Kashkatash Glacier karena jalur pendakian menuju puncak memerlukan keahlian tersebut.

Ketua Umum Ekspedisi Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto mengatakan, ekspedisi tujuh puncak dunia itu menghabiskan waktu yang panjang sebab berlangsung dari bulan Maret 2010 hingga Mei 2012. "Dananya sekitar Rp 10 miliar," kata mantan Panglima TNI ini.

Empat puncak lainnya, yaitu Aconcagua di Argentina, Denali atau McKinley di Alaska, Vinson Massif di Antartika, dan Sagarmatha atau Everest di Nepal, didaki kurun Desember 2010-Mei 2012.

Ekspedisi ini didanai dan didukung oleh PT Pertamina, PT Tugu Pratama Indonesia, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Eiger, Pointrek, Wanadri, dan Rumah Nusantara, serta dibantu media, yakni Antara, Metro TV, dan Kompas.

Read More..

"7 Summits Expedition" Latihan Panjat

JAKARTA, Kompas.com - Tim "7 Summits Expedition" atau tim pendaki puncak tertinggi dunia di tujuh benua mulai fokus latihan panjat tebing guna menyiapkan diri untuk pendakian kedua yaitu ke puncak Puncak Kilimanjaro (5892) di Tanzania, Afrika, medio Juli-Agustus 2010.

Ketua tim "7 Summits Expedition" Ardeshir Yaftebbi saat dikonfirmasi dari Jakarta, Senin (17/5/10) mengatakan, sesuai dengan jadwal yang ada, latihan panjat tebing dilalukan secara berkala dan diikuti seluruh anggota tim."Lokasi panjat tebing di Citatah Padalarang. Sesuai dengan jadwal latihan panjat tebing dilakukan sebanyak empat kali mulai pekan ini hingga awal bulan Juli nanti. Yang jelas latihan hanya dilakukan pada akhir pekan saja," katanya.

Menurut dia, latihan panjat tebing salah satu tujuannya adalah untuk membentuk kembali otot-otot setelah menjalani masa istirahat pasca-pendakian pertama yaitu ke Puncak Ndugu-Ndugu (Cartenz Pyramid) di Papua beberapa waktu lalu.

Selain itu, panjat tebing dilakukan untuk mengenal karakter puncak yang akan didaki berikutnya. Meski tidak sesulit pendakian di Puncak Cartenz, kata dia, persiapan harus dilakukan secara maksimal.

"Selain panjat tebing kami juga memperbanyak latihan lari. Lari sangat bagus untuk mengatur nafas agar mampu menghemat oksigen selama melakukan pendakian," katanya menambahkan.

Ia menjelaskan, berdasarkan data yang diperoleh terkait karakteristik Puncak Kilimanjaro berbeda dengan Puncak Cartenz. Yang dibutuhkan pada pendakian kedua ini adalah fisik yang kuat karena harus melakukan tracking yang panjang. Dengan demikian, diperlukan ketahanan tubuh yang kuat.

"Data yang kami peroleh, Puncak Kilimanjaro sangat minim oksigen. Jadi kami harus latihan penuh agar mampu menghadapinya. Yang jelas secara teknis pendakian lebih mudah," katanya menegaskan.

Tim pendaki atau lebih dikenal dengan Tim Alpha ini selain fokus pada latihan panjat tebing dan lari, juga akan melakukan pendakian, salah satunya ke Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. Sesuai dengan jadwal, pendakian akan dilakukan pekan kedua bulan Juni nanti.

Pendaki "7 Summits Expedition" yang tergabung dalam Tim Alpha terdiri dari 11 orang dengan enam pendaki utama yaitu Ardesir Yaftheby, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Nurhuda, Fadjri Al Luthfi, dan Gina Afriani.

Adapun sasaran pendakian setelah Puncak Ndugu-Ndugu (4884) Papua selanjutnya adalah Puncak Kilimanjaro (5892) di Tanzania Afrika medio Juli-Agustus 2010. Selanjutnya Pucak Elbrus (5642) di Rusia pada pertengahan Agustus-September.

Sasaran keempat adalah Puncak Vinson Massif (4897) di Antartika pada pertengahan Desember 2010-Januari 2011, sasaran kelima Puncak Denali/Mc Kinley (6194) di Alaska pada pertengahan April-Mei 2011.

Sasaran keenam adalah Puncak Aconcagua (6962) di Argentina pada pertengahan November-Desember 2011 dan sasaran ketujuh adalah Puncak Sagarmatha/Everest (8850) di Nepal pada pertengahan April-Mei 2012.

Read More..

Menaklukkan Carstensz, Luar Biasa!


KOMPAS.com — Tak banyak orang yang beruntung bisa menaklukkan Puncak Carstensz Pyramid di Pegunungan Jayawijaya, Papua, salah satu puncak tertinggi di dunia yang menjualang sampai 4.884 meter. Wartawan Kompas, Harry Susilo (Ilo), adalah salah satu yang berkesan dengan hal itu karena menyertai perjalanan Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri.

"Menurut saya, semangat tim luar biasa. Sempat beberapa kali cuaca buruk, tetapi tim bisa dua kali mencapai puncak. Luar biasa," ujar Ilo.Dua tim ikut dalam ekspedisi tersebut. Tim Alfa mencapai puncak pada 18 April 2010 dan Tim Bravo mencapai puncak tanggal 26 April 2010.

Tidak mudah untuk bisa mencapai puncak. Ilo menceritakan, kendala fisik dan lingkungan harus dihadapi. Selama sepuluh hari membangun tenda di Pegunungan Jayawijaya, beberapa kali tim ekspedisi didera hujan es. Alhasil, upaya untuk menaklukkan puncak beberapa kali batal. Namun, berkat kesabaran dan perhitungan matang, toh, mereka bisa melakukannya.

Proses aklimatisasi atau penyesuaian tubuh terhadap perubahan tekanan dan suhu di ketinggian juga bukan hal sepele. Setiap anggota tim rupanya memiliki daya tahan berbeda sehingga harus menentukan sendiri batas kemampuannya. Bolak-balik naik turun kudu dilakoni demi melatih tubuh sebelum menuju puncak.

"Tim Alfa saja perlu sepuluh hari proses aklimatisasi. Berangkat tanggal 8, tetapi baru sampai puncak tanggal 18," kata Ilo.

Tim Bravo menyusul delapan hari kemudian seusai perayaan Hari Bumi yang monumental di lidah es Jayawijaya. Menurut Ilo, konon luas lapisan es di sana menyusut seiring waktu. Diduga karena pemanasan global.

Buang hajat

Pengalaman lain yang tak terlupakan, menurut Ilo, adalah bagaimana bertahan sepuluh hari di ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut itu. Tidur sudah ada tenda berikut selimut dan sleeping bag hangat. Makan pun tersedia dengan bekal makanan yang cukup. Namun, bagaimana dengan urusan pribadi macam buang hajat?

"Kami menyiasatinya, kalau buang air kecil, cari tempat yang tersembunyi, seperti di dekat tebing bebatuan. Kalau buang air besar, kami harus gali tanah dan menguruknya kembali agar tidak bau. Secara alami kan organik, jadi enggak apa-apa. Tapi, harus cari tempat yang jauh dari aliran air," kata Ilo.

Selama di atas, Ilo mengaku tak terlalu terkendala dengan kebiasaan baru tersebut yang harus dilakoni. Bahkan, dia hitung setidaknya empat kali melakukan hajat besar di sekitar Lembah Danau-Danau yang menjadi lokasi menginap.

Tisu basah pun menjadi andalan untuk bebersih dan sampahnya dikumpulkan bersama sampah lainnya. Sebagian dibawa turun, sebagian lagi dimusnahkan.

Kebutuhan air melimpah di sekitar Puncak Carstensz karena di sana banyak danau yang berasal dari lelehan es gletser. Ilo mengaku penasaran dengan air gletser dan mencoba mandi sekali meski harus menahan dingin yang menusuk tulang. Namun, kapan lagi bisa mandi di ketinggian 4.700 meter, bukan?

Buat Ilo, Cartstensz merupakan puncak tertinggi yang pernah dijangkaunya. Sebelumnya dia memang hobi memanjat gunung dan paling tinggi baru Rinjani yang tingginya 3.726 meter di atas permukaan laut.

Gunung-gunung besar di Jawa sebagian besar pun sudah ditaklukkan. Kini dia berharap bisa kembali bergabung dengan Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia untuk menaklukkan puncak kedua, Kilimanjaro, Afrika.

Read More..

Awal Misi dan Ajang Latihan


CARSTENSZ PYRAMID, KOMPAS.com — Selain menjadi awal misi Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia, pendakian ke puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu di Jayawijaya, Papua, sekaligus merupakan ajang latihan bagi tim sebelum menempuh perjalanan ke enam puncak tertinggi lainnya. Medan yang bervariasi dan memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi membuat Carstensz menjadi lokasi latihan yang tepat.

Pada Sabtu (24/4/2010), sebagian anggota tim Alfa berlatih dengan kembali mendaki puncak Ndugu-Ndugu di ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pendakian kali ini melibatkan 10 orang, termasuk tim Bravo.Tim Alfa yang ke Ndugu-Ndugu untuk kedua kalinya antara lain Ardeshir Yaftebbi, Iwan Irawan, dan Nurhuda. Adapun tiga anggota tim lainnya, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi, dan Gina Afriani, berlatih di puncak Carstensz timur yang berketinggian sekitar 4.400 mdpl.

Koordinator Staf Ahli Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Muhamad Gunawan, kemarin, mengatakan, latihan ke dua puncak itu ditujukan untuk membiasakan tim dengan kondisi medan ekstrem, seperti tebing dan es. ”Dengan begitu, mereka tidak akan terlalu kaget ketika akan mendaki puncak tertinggi lainnya,” kata Gunawan, yang biasa disapa Ogun, di Lembah Danau-Danau, Jayawijaya. Lembah Danau-Danau adalah kamp terakhir tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia.

Pada pencapaian Tim Wanadri yang kedua kali ke puncak Ndugu-Ndugu, tim berangkat pukul 04.00 WIT dan tiba di puncak pukul 11.30 WIT. Perjalanan sempat terhambat cuaca buruk, yaitu kabut disertai hujan es.

Sebagian anggota tim yang mendaki puncak ini menggigil kedinginan sehingga perjalanan agak melambat. Tim baru mencapai Lembah Danau-Danau sekitar pukul 18.30 dengan kondisi fisik yang terkuras.

Pendakian ke Ndugu-Ndugu sebagian besar melalui medan tebing bebatuan dengan kemiringan 75-90 derajat. Pada ketinggian 80-100 meter menuju puncak, tim melewati jurang selebar 15 meter yang dinamakan Kandang Babi dengan menggunakan lintasan tali (tyrollean).

Pada Rabu lalu, tim inti ekspedisi juga berlatih menghadapi suhu dingin dan rendahnya oksigen dengan menginap di atas medan es yang berada di kawasan es Nggapulu dengan ketinggian sekitar 4.700 mdpl.

Latihan tidur dengan tenda di atas es ini dimaksudkan agar tim terbiasa dengan medan dan suhu yang ekstrem. Kondisi ini diperkirakan akan dihadapi di puncak gunung tertinggi lainnya, seperti McKinley (Alaska, Amerika Serikat), Aconcagua (Argentina), Vinson Massif (Antartika), dan Everest (Nepal/China). (ILO)

Read More..

Peringatan Hari Bumi di Es Jayawijaya


LEMBAH DANAU-DANAU, KOMPAS.com — Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri akhirnya mencapai Puncak Nggapulu di Pegunungan Jayawijaya, Kamis (22/4/2010) sekitar pukul 10.30. Di puncak berlapis es berketinggian 4.700 meter di atas permukaan laut itu mereka merayakan Hari Bumi.

Perayaan tersebut istimewa karena Puncak Nggapulu adalah satu-satunya kawasan di Indonesia yang dilapisi es. Dengan membawa bendera Merah Putih, tim ekspedisi mengabadikan momentum istimewa yang telah dicapai dan membawa pesan dampak pemanasan global. Upacara peringatan Hari Bumi dilaksanakan di sekitar batas es (lidah es) kawasan Puncak Nggapulu. Lokasi itu dipilih untuk menunjukkan menyusutnya batas es di kawasan itu setiap tahun akibat pemanasan global.

"Dengan memperlihatkan dampak langsung pemanasan global, kami harapkan masyarakat Indonesia, termasuk para pemimpin, mau berbuat sesuatu untuk Bumi ini," kata Ketua Harian Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Yoppie Rikson kepada wartawan Kompas, Harry Susilo, yang ikut dalam tim ekspedisi itu di Tim Bravo di Lembah Danau-Danau, Jayawijaya, Papua, sehari sebelumnya.

Saat ini, bentangan es di Puncak Nggapulu hanya sekitar 1,5 kilometer dari puncak. Padahal, menurut pengakuan para pendaki dari Wanadri yang mengunjungi kawasan itu tahun 2004, bentangan es saat itu masih berjarak 2 kilometer dari puncak.

Read More..

Puncak Nggapulu


NGGAPULU, KOMPAS.com — Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri, Senin (19/4/2010), akhirnya tiba di Puncak Nggapulu atau Puncak Soekarno di ketinggian 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Wartawan Kompas, Harry Susilo, yang tergabung dalam tim Ekspedisi 7 Puncak Dunia itu melaporkan, Puncak Nggapulu masih berselimutkan es,meskipun luas hamparannya sudah berkurang dibandingkan pada tahun 2004.

Pendakian ke daerah Puncak Nggapulu di kawasan Pegunungan Jayawijaya ini merupakan ajang pengenalan medan dan aklimatisasi bagi tim sebelum menuju Puncak Carstensz Pyramide atau Ndugu-Ndugu yang berada di ketinggian 4.884 mdpl pada Sabtu mendatang.

Sebelumnya, tim Alpha sudah lebih dulu mencapainya pada Minggu (18/4/2010)

Read More..

Es di Puncak Nggapulu Menyusut


NGGAPULU, KOMPAS.com — Bentangan es di puncak Nggapulu atau Puncak Soekarno di kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, menyusut. Hal itu diketahui ketika tim Wanadri mendaki ke puncak dengan ketinggian 4.700 meter di atas permukaan laut tersebut, Senin (19/4/2010).

Wartawan Kompas, Harry Susilo, yang bergabung dengan tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia melaporkan, ketika tim mencapai lidah es di kawasan puncak Nggapulu, beberapa anggota tim tercengang. Bentangan es yang ada kini hanya sekitar 1,5 kilometer dari puncak. "Padahal, tahun 2004 lalu setidaknya 2 kilometer dari puncak itu masih ditutupi es," kata salah seorang anggota Wanadri, Iwan Irawan, seraya menunjukkan lokasi terakhir itu.

Tidak diketahui secara pasti penyebab menyusutnya bentangan es itu. Namun, sebagian besar pencinta alam menduga hal itu disebabkan pemanasan global. Di bawah lidah es terdapat sungai gletser kecil yang mengalir cukup deras.

Es yang menjulur menutupi sebagian tebing di kawasan puncak itu hanya bisa dilalui dengan alat tertentu, seperti crampon (alat bergerigi yang dipasang pada sepatu) dan kapak es. Para anggota tim kemudian mencoba menyusuri jalur es tersebut secara berkelompok.

Menuju puncak Nggapulu, tim Wanadri yang sebagian besar adalah tim Bravo harus melalui medan menanjak yang cukup terjal. Ketika sampai di lidah es, tim diguyur hujan yang disertai kabut tebal. Perjalanan yang ditempuh dari Lembah Danau-Danau itu memakan waktu sekitar 4,5 jam.

Read More..

Tim Bravo Berlatih ke Puncak Nggapulu

NGGAPULU, KOMPAS.com — Setelah tiba di basecamp Lembah Danau-Danau pada hari Minggu lalu, Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri melanjutkan kegiatan dengan berlatih ke Puncak Nggapulu atau Puncak Soekarno, Papua, Senin (19/4/2010).

Wartawan Kompas, Harry Susilo, yang bergabung dalam tim Bravo melaporkan, Puncak Nggapulu berada pada ketinggian 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pendakian ke Puncak Nggapulu di kawasan Pegunungan Jayawijaya ini, katanya, ditujukan sebagai pengenalan medan dan aklimatisasi.Pendakian tersebut merupakan latihan bagi tim Bravo yang berencana mendaki ke Puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu pada ketinggian 4.884 mdpl, menyusul keberhasilan tim Alpha atau tim inti ekspedisi yang telah mencapai Carstenz pada hari Minggu lalu.

Koordinator Staf Ahli Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia, Muhamad Gunawan, mengatakan, selain untuk latihan ke Carstensz, pendakian ini juga untuk membiasakan diri dengan medan es. Rencananya, pada 22 April nanti, tim Bravo bersama dengan tim Alpha akan memperingati Hari Bumi di Puncak Nggapulu.

Medan menuju Puncak Nggapulu didominasi tanjakan terjal berbatu dengan tebing di samping kiri dan kanan jalan. Kemiringan tanjakan mencapai 50 derajat sehingga tim mesti berhati-hati. Rendahnya kadar oksigen dan dinginnya udara membuat jalan anggota tim juga melambat.

Dari Lembah Danau-Danau hingga ke kawasan Puncak Nggapulu, tim membutuhkan waktu sekitar 4,5 jam. Ketika sampai di lidah es atau pada ketinggian sekitar 4.550 mdpl, hujan dan kabut mewarnai perjalanan tim.

Tim Bravo, termasuk di antaranya Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Erry Riyana Hardjapamekas dan aktivis lingkungan Iwan Abdulrachman, akhirnya tiba di Lembah Danau-Danau sekitar pukul 16.30 WIT.

Read More..

Tim Wanadri Berhasil Capai Carstensz


LEMBAH DANAU-DANAU, KOMPAS.com — Tim inti Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri berhasil mencapai puncak Carstensz Pyramid, Papua, atau Ndugu-Ndugu, pada Minggu (18/4/2010) sekitar pukul 09.30 waktu Indonesia timur atau 07.30 WIB. Tim menempuh perjalanan selama tujuh jam dari basecamp terakhir Lembah Danau-Danau tanpa ada hambatan cuaca.

Tim yang terdiri atas Ardeshir Yaftebbi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi, Nurhuda, dan Gina Afriani berangkat dari Lembah Danau-Danau yang berupa tanah lapang di tepi danau dengan ketinggian 4.290 meter di atas permukaan laut sekitar pukul 02.30. Tim inti pendakian yang beranggotakan enam orang ini biasa disebut tim Alpha.

Kompas berhasil menemui tim setelah tiba di Lembah Danau-Danau yang berada di ketinggian 4.290 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ketika tiba, pendaki senior Wanadri, Jukardi Adriana atau Bongkeng, langsung memeluk mereka satu per satu.

Menurut salah seorang anggota tim, Iwan Irawan, perjalanan tim menuju puncak diwarnai cuaca cerah. Namun, begitu akan beranjak turun dari puncak, tim didera hujan salju disertai kabut. "Karena jalur dari puncak sudah terbentang tali, tim tetap bisa bergerak turun tanpa ada masalah. Padahal, jarak pandang hanya 3 meter," kata Iwan, yang sudah sampai kembali ke Lembah Danau-Danau pukul 14.00 WIT.

Dalam perjalanan turun, salah satu anggota tim, Gina, sempat didera kelelahan sehingga baru dapat menyusul rekan-rekannya sampai di basecamp sekitar pukul 16.30 WIT.

Read More..

Tim Bergerak ke Lembah Danau-Danau


MIMIKA, KOMPAS.com- Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia, Sabtu (17/4/2010) pagi ini, memulai pendakian ke puncak Carstensz dengan bergerak ke Lembah Danau-Danau. . Mereka menyusul tim Alpha yang sudah lebih dulu berada di lembah yang dijadikan basecamp tersebut.

Dalam pendakian ini, mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Erry Riyana Hardjapamekas turut bergabung bersama tim Bravo. Selain itu, juga ada pendaki senior sekaligus aktivis lingkungan Iwan Abdulrachman.Wartawan Kompas Harry Susilo yang bergabung juga dalam tim ini melaporkan, untuk menuju ke Lembah Danau-Danau, tim akan melalui beberapa variasi jalur dan lokasi sehingga diperkirakan memakan waktu sekitar 4-5 jam.

Dari Tembagapura, tim menggunakan kendaraan darat kemudian disambung dengan kereta gantung tambang milik Freeport yang melintasi jurang untuk menuju Bali Dump, yang berupa padang kerikil dan pasir.

Setelah itu, perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki menuju Zebra Wall, tebing berwarna hitam-putih setinggi 15 meter. Kemudian, tim juga akan melewati jalan menyerupai lorong yang dikenal dengan pintu angin.

Dari pintu angin, perjalanan akan diteruskan ke basecamp Lembah Danau-Danau yang berada di ketinggian sekitar 4.200 meter di atas permukaan laut. "Rencananya, tim Bravo akan mencapai puncak Carstensz pada 22 April," kata Ketua Harian Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Yoppie Rikson.

Read More..

Menembus Pengamanan Ketat ke Tembagapura


KOMPAS.com — Jika bertolak dari Timika menuju Tembagapura, Papua, dengan menggunakan bus, jangan heran jika melihat beberapa lelaki berseragam hitam, bersenjata laras panjang dengan disertai rompi antipeluru duduk di antara penumpang.

Dilihat sepintas, penampilan mereka mirip dengan Detasemen Khusus 88 yang saat ini menjadi pasukan yang populer di tengah masyarakat. Mereka memang bukan anggota Densus, melainkan anggota Satuan Tugas Amole, yang terdiri dari anggota Brimob Polda Papua dan TNI.

Satuan ini jumlahnya sekitar 800 orang. Tugasnya, menjamin rasa aman penduduk sipil yang bepergian menggunakan kendaraan darat dari Timika menuju Tembagapura atau sebaliknya. Satuan ini dibentuk menyusul terjadinya serangkaian penembakan terhadap karyawan PT Freeport Indonesia pada pertengahan 2009 lalu.

Untuk menjamin rasa aman itulah, setiap bus dikawal tiga anggota Satgas bersenjata lengkap. Mereka biasa duduk di sebelah sopir, bagian depan, dan bagian belakang bus.

Ketika tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia hendak ke Tembagapura, Jumat (16/4/2010) pagi, pasukan ini pun mengawal ketat. Selain petugas dalam bus, terdapat tiga mobil lainnya yang berisi tiga sampai empat petugas mengawal perjalanan tim.

Wartawan Kompas Harry Susilo yang tergabung dalam tim yang akan mendaki ke Cartenz Pyramid itu melaporkan untuk Kompas.com, selama di dalam bus, anggota Satgas itu senantiasa bersiaga. Sambil mengacungkan senjata ke luar jendela, pandangan mereka menyapu setiap sudut di sepanjang jalan berkerikil dengan jarak sekitar 70 kilometer itu.

"Para penembak itu biasanya berada tidak jauh dari tepi jalan," kata salah satu anggota Satgas Amole mengenai kesiagaan itu. Yang dimaksud dengan para penembak itu adalah sekelompok orang yang sudah beberapa kali melancarkan penembakan terhadap kendaraan yang mengangkut karyawan PT Freeport Indonesia.

Selain dikawal, bus berisi penumpang yang hendak melintasi jalan di dalam kawasan Freeport biasanya juga konvoi untuk meminimalkan adanya kejahatan di jalan. "Setidaknya ada 14 bus yang konvoi untuk sekali jalan," ucap Narniur Erelak, Corporate Communications Staff PT Freeport Indonesia, saat menerima tim.

Pengawalan ketat dan antisipasi itu memang bukan tanpa alasan. Apalagi, serangkaian penembakan yang terjadi di jalur Freeport itu telah menyebabkan tiga orang tewas dan beberapa lainnya luka. Dengan penjagaan ketat, kejadian itu diharapkan tidak lagi terulang.

Read More..

Tim Bravo Tiba di Tembagapura


MIMIKA, KOMPAS.com — Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri tiba di Tembagapura, Mimika, Papua, Jumat (16/4/2010) siang tadi. Kali ini, mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas mulai bergabung dengan tim yang akan mulai mendaki menuju Carstensz Pyramid pada Sabtu besok.Wartawan Kompas Harry Susilo yang bergabung dalam tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia ini melaporkan, tim datang di Tembagapura yang berjarak sekitar 70 kilometer dari Timika dengan menggunakan bus yang dikawal ketat Satgas Amole. Pengawalan dilakukan menyusul kejadian penembakan oleh orang tak dikenal di sekitar kawasan tersebut akhir-akhir ini. Satgas Amole merupakan petugas pengamanan dari Brimob Polda Papua dan TNI yang mengawal setiap kendaraan dan bus, baik dari Tembagapura ke Timika maupun sebaliknya.

Rencananya, Sabtu besok tim Bravo akan bergerak dari Tembagapura menuju Bali Dump di ketinggian sekitar 3.900 meter di atas permukaan laut (mdpl) sebelum menginap di basecamp Lembah Danau-Danau.

Sebelum berangkat ke basecamp, tim akan ditemui manajemen PT Freeport Indonesia, termasuk Presiden Direktur Armando Mahler, pada Jumat malam. "Selain itu, juga akan ada dialog soal konservasi dari berbagai tinjauan, dan ditutup dengan pertunjukan musik dari Iwan Abdulrachman," kata Ketua Harian Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Yoppie Rikson.

Read More..

Tim Wanadri Masih dalam Pemulihan


TIMIKA, KOMPAS.com — Tim pendakian Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan pencinta alam Wanadri masih dalam tahap pemulihan setelah didera kelelahan ketika batal meneruskan perjalanan ke puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu, Papua, pada Selasa lalu. Tim mengurungkan niat ke puncak akibat cuaca buruk.Koordinator Staf Ahli Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Muhamad Gunawan di Timika, Papua, Kamis (15/4/2010) petang, mengatakan, setelah pemulihan kondisi, tim inti pendakian Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia akan kembali berupaya mendaki ke puncak dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut ini pada Sabtu (17/4/2010) lusa.

"Selain cuaca buruk, mereka kelelahan karena proses aklimatisasi belum sepenuhnya tuntas," kata Gunawan yang akrab disapa Ogun itu seperti dilaporkan wartawan Kompas Harry Susilo yang tergabung dalam tim pendakian ini.

Tim inti pendakian tersebut beranggotakan Ardeshir Yaftebbi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi, Nurhuda, dan Gina Afriani. Pencapaian puncak Carstensz di Pegunungan Jayawijaya ini merupakan bagian dari ekspedisi tujuh puncak tertinggi di dunia yang dilakukan Wanadri pada rentang waktu 2010-2012.

Pada Selasa lalu, tim telah mencapai Kandang Babi atau sekitar 100 meter dari puncak Carstensz. Namun, cuaca buruk berupa angin kencang disertai hujan es menghalangi langkah mereka sehingga mereka memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan. "Daripada nanti kemalaman di jalan, mereka kemudian memutuskan untuk kembali ke basecamp Lembah Danau-Danau," ujar Ogun.

Selain pada Sabtu mendatang, tim inti pendakian rencananya juga akan mendaki menuju puncak Carstensz pada 22 April atau bertepatan dengan Hari Bumi Sedunia. Pendakian ke puncak ini juga menjadi ajang latihan mereka sebelum meneruskan misi ke enam puncak lainnya.

Read More..

Sunday, December 26, 2010

Tim Bravo Bertolak ke Timika


JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Bravo pendakian puncak Ndugu-Ndugu atau Carstensz Pyramid bertolak ke Timika, Papua, pada Kamis (15/4/2010) pukul 06.00. Tim 7 Summit Expedition ini rencananya akan mulai mendaki pada Sabtu mendatang dan berupaya mencapai puncak pada 22 April.Wartawan Kompas Harry Susilo yang bergabung dalam tim pendakian ini melaporkan, Pendakian Carstensz Pyramid dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut merupakan bagian dari ekspedisi tujuh puncak tertinggi dunia yang dilakukan tim dari Wanadri ini. Tim Bravo menyusul tim Alpha yang sudah lebih dulu berangkat pada 6 April lalu.

Tim Bravo ini beranggotakan Endriartono Sutarto, Iwan Abdulrahman, Erry Riyana Hardjapamekas, Yoppie Rikson, Bambang Hamid, Muhammad Gunawan, Remi Tjahari, Iwan Bungsu, Tri Novi, Setyo Rawadi, dan Eric Martialis.

Ketua Harian Tim 7 Summit Expedition Yoppie Rikson mengatakan, setelah tim tiba di Timika sore ini, mereka akan melanjutkan perjalanan ke Tembagapura pada Jumat dan meneruskannya ke Lembah Danau-Danau pada Sabtu pagi. "Dari Tembagapura ke Lembah Danau-Danau ditempuh sekitar 3 jam," ucapnya.

Read More..

Pendaki Senior Dampingi Tim Wanadri

BANDUNG, KOMPAS.com - Sebanyak 11 pendaki senior akan mendampingi 6 pendaki utama Tim Wanadri Pendakian Tujuh Atap Dunia 2010. Tujuannya memberikan semangat agar mampu menjalankan misi pendakian.Kepala Tim Pendakian, Yoppy Rikson di sela-sela Silaturahmi pendaki dan orangtuanya di Bandung, Sabtu (27/3/2010) mengatakan, tim pendaki senior akan ikut mengantarkan pendakian pertama di hingga Ranu Danau di ketinggian sekitar 4.000 meter. Sebelas pendaki senior itu adalah Endriartono Sutarto, Erry Riyana Harjapamengkas, Iwan Abdurahman, Remmy Tjahari, Iwan Bungsu, Eric Martialis, Mohammad Gunawan, Yoppy Rikson, Setyo Ramadi, Trinovi, dan Bambang Hamid.

Read More..

Cartenz Pyramid Jadi Pembuka Tim Wanadri


BANDUNG, KOMPAS.com - Puncak Cartenz Pyramid atau Puncak Ndugu-Ndugu akan menjadi pembuka Tim Wanadri Pendakian Tujuh Atap Dunia 2010. Tujuh atap dunia adalah Cartenz Pyramid (Puncak Ndugu-Ndugu), Kilimanjaro, Elbruz, Vinson Massif, Mckinley, Aconcagua, dan Everest.Ketua Tim Pendakian Yoppy Rikson di Bandung, Sabtu (27/3/2010) mengatakan Cartenz Pyramid (Ndugu-Ndugu) dipilih sebagai pembuka karena berada di Papua Indonesia. Diharapkan, hal itu menjadi semangat bagi para pendaki.

"Cartenz, Kilimanjaro, Elbrus, dan Vinson Massif target tahun 2010. Sisanya tahun 2011," kata Yoppy.

Read More..

Kilimanjaro, Taman Nasional Tanpa Sampah

Diah Bisono
Berada 340 km selatan garis ekuator, Gunung Kilimanjaro merupakan salah satu dari tiga gunung beratapkan salju abadi di garis khatulistiwa, selain Cayambe di Ekuador dan puncak Jaya di Indonesia.

Sebagai obyek utama di Tanzania dan simbol dari negara-negara Afrika Timur, pada tahun 1973 kawasan Kilimanjaro dijadikan Taman Nasional, dan pada tahun 1987 Kilimanjaro National Park (KINAPA) diakui sebagai Warisan Alam Dunia oleh PBB. Saat ini, kawasan Kilimanjaro dengan Puncak Kibo (5.895 m dpl) sebagai atap tertinggi benua Afrika, dikunjungi lebih dari 35.000 pengunjung setiap tahun.Berbagai kemudahan akses, akomodasi, keamanan, serta jasa pemandu profesional, memungkinkan semakin banyak orang menikmati keindahan alam yang semakin langka ini. Kilimanjaro sebagai warisan alam dunia berbenah diri dan dalam 4 tahun terakhir kunjungan wisatawan meningkat lebih tiga kali lipat. Manakjubkan.

Mengamati pengelolaan alam di Kili, perjalanan dalam misi ”Kilimanjaro for Lupus” ini terus membuat takjub dan iri hati. Tanzania, negara berkembang dengan lebih 30 persen penduduknya di bawah garis kemiskinan, mampu berdisiplin tinggi. Gerbang Marangu merupakan satu dari 7 rute pendakian ke puncak Kilimanjaro di ketinggian 1.800 m. Bangunan kantor pengelola berisi 3 petugas dipenuhi para calon pendaki yang antre rapi.

Di depannya kios kecil, berisi lengkap kebutuhan pendakian hingga dagangan suvenir. Fasilitas kamar mandi duduk dan area piknik tertata rapi dan bersih, empat papan pengumuman pendakian, larangan, imbauan serta peraturan pendakian terjajar apik di papan kayu dengan ukiran tulisan yang mudah dibaca.

Seluruh bangunan teridentifikasi dengan papan tunjuk yang jelas. Tidak terlihat tong sampah, tetapi tidak kami temukan satu pun sampah tercecer. Para pemandu dengan andal membantu kami registrasi dan mengatur logistik bersama 26 pengangkut barang, koki, dan asisten pemandu yang sebagian besar merupakan suku Chagga, suku terbesar di kawasan Kilimanjaro.

Suasana alam yang murni sepanjang 70 km perjalanan naik-turun kami rasakan demikian dalam. Flora-fauna yang kami temui tampak tenang tidak terusik. Area piknik berupa meja bangku kayu, pondok WC yang bersih dan terawat di setiap 5-7 km perjalanan, 3 pondok pendaki berkapasitas 70 orang di Mandara, 148 orang di Horombo serta 58 orang di Kibo siap menyambut.

Pemandu

Tiap pondok berstruktur segitiga dengan tempat tidur susun untuk 4-10 pendaki merupakan bangunan kayu dengan alas tidur dan bantal. Pondok itu cukup membuat tidur kami lebih nyaman dibandingkan di tenda. Selain itu, tersedia WC dengan air melimpah, aula makan, dapur umum serta pondok khusus pemandu dan porter, ditambah panel matahari yang siap menerangi setiap ruang setiap malamnya.

Fasilitas baik tanpa kedisiplinan pengguna, apalah artinya. Di KINAPA para pemandu memegang kunci utama dalam pengelolaan taman nasional. Dengan sistem pengategorian pemandu versus imbalan, mereka dituntut terus meningkatkan kemampuan pelayanan, pengetahuan alam, pengetahuan teknis pendakian dan penyelamatan, serta kemampuan berkomunikasi dan berbahasa.

Sistem penalti, berupa skorsing hingga pencabutan lisensi, diberlakukan manajemen KINAPA untuk memastikan tidak terjadi pelanggaran, seperti penggunaan bahan bakar yang tidak dianjurkan, mengganggu flora fauna, penggunaan rute di luar ketentuan, keteledoran pemandu, dan peraturan ketat lainnya yang bisa menghentikan sumber pendapatan para pemandu.

Menjadi pemandu merupakan impian kebanyakan warga suku Chagga yang tinggal di seputar kaki Kilimanjaro. Butuh lebih dari 5 tahun untuk menjadi kepala pemandu, dengan imbalan tertinggi. Dengan 2-3 tahun pengalaman menjadi porter untuk menempa fisiknya, 2 tahun pendidikan on the job training sebagai guide assistant, hingga akhirnya tes oleh KINAPA untuk sertifikasi pemandu.

Laiknya di negara berkembang, kesejahteraan para pemandu dan porter masih menjadi isu penting. Keuntungan besar masih lebih banyak terserap para operator wisata yang bermukim di perkotaan. Fasilitas kelengkapan peralatan pendakian hingga pakaian yang layak tidak selalu dapat terpenuhi. Hingga banyak yang menderita sakit bahkan kematian.

Dua asosiasi besar dibentuk di awal tahun 2003; KPAP (Kilimanjaro Porters Assistance Project) serta KGPU (Kilimanjaro Guides and Porter Union). KPAP merupakan inisiatif International Mountain Explorers Connections yang berbasis di Amerika, yang memperjuangkan hak-hak para porter di seluruh dunia, seperti di kawasan Annapurna Sanctuary Nepal dan Inca trail di Peru. Layanannya berupa peminjaman perlengkapan hingga pakaian yang layak cuma-cuma; pelatihan bahasa Inggris, P3K hingga pengetahuan HIV yang melanda delapan persen penduduk Tanzania; manajemen keuangan pribadi; serta memberikan edukasi kepada pengguna jasa porter. Sedang KGPU didirikan mantan pemandu dan porter, Joseph Nyabasi, dengan tujuan memperbaiki kesejahteraan mereka yang mencari nafkah dari gunung melalui misi yang sama.

Tuntutan profesionalitas yang dibarengi dengan berbagai badan perlindungan pekerja di gunung, menjadikan kawasan ini salah satu tujuan wisata alam terpopuler.

Kilimanjaro sebagai salah satu ”The Big Seven” gunung tertinggi di setiap benua di dunia mendorong Pemerintah Tanzania berbenah diri. Kesiapan Tanzania menyambut para wisatawan alam ini tentunya dapat ditiru juga oleh pemerintah dan pemerhati alam di Indonesia, di mana Gunung Carstensz Pyramid, kawasan Jayawijaya Papua Indonesia, juga menjadi salah satu dari ”The Big Seven”.


Diah Bisono
Wiraswasta, Tinggal di Jakarta

Read More..

Kilimanjaro Bakal Tak Bersalju


BEIJING, KOMPAS.com - Salju Kilimanjaro, yang terkenal dalam cerita pendek Ernest Hemingway dengan nama yang sama, dapat hilang setidaknya pada 2022, demikian hasil satu studi baru yang disiarkan Selasa di dalam "Proceedings of the National Academy of Sciences".Untuk pertama kali pada hampir 12.000 tahun, berdasarkan analisis mengenai inti es, puncak tertinggi di Afrika barangkali akan terbebas dari es setidaknya pada 2022 atau paling lambat pada 2033, kata ahli gletser Lonnie Thompson dari Ohio State University, yang memimpin studi tersebut. "Dari lapisan es yang ada pada 1912, 85 persennya telah hilang dan 26 persen yang ada pada 2000 kini sudah hilang," tulis Thompson dan rekannya di dalam jurnal itu.

Namun, para peneliti yang mengkaji puncak gunung tersebut, termasuk mereka yang terlibat di dalam studi itu, berbeda dalam kesimpulan mereka mengenai berapa banyak pencairan yang dapat terjadi akibat ulah manusia atau pengaruh lain iklim.

Beberapa studi telah menyatakan hilangnya es tersebut terutama disebabkan oleh apa yang dipandang beberapa ahli sebagai faktor lokal: berkurangnya salju yang turun dan makin banyaknya sublimasi --proses yang mengubah es menjadi uap air pada temperatur di bawah titi beku.

Studi baru itu kelihatannya memperkuat pendapat bahwa pemanasan global menjadi pangkal sublimasi lebih lanjut. "Ini ada dokumentasi yang sangat menyeluruh mengenai perubahan di gletser Kilimanjaro," kata Kevin Trenberth, pemimpin bagian analisis iklim di National Center for Atmospheric Research di Boulder, Colorado, yang tidak menjadi bagian dari studi tersebut.

Trenberth mengatakan ia tidak ragu bahwa "gletser itu berkurang dan telah menyusut terus".

"Snows of Kilimanjaro" jadi terkenal di dalam cerita pendek Ernest Hemingway dengan nama yang sama pada 1938. Di dalam cerita tersebut, sang tokoh utama menyatakan "seluas seluruh dunia, hamparan putih yang sangat putih, besar, tinggi disengat sinar mentari terhampar lapangan Kilimanjaro".

Read More..

Merah Putih di Kilimanjaro

Kamis, 27 Agustus 2009 | 14:55 WIB
Empasan angin kencang menyelimuti Gunung Kilimanjaro, Tanzania, Afrika, Senin (17/8) dini hari. Menginjak ketinggian 5.200 meter di atas permukaan laut, langkah Manikmaya Waskitojati (22) terhuyung, napas tersengal, dan kepala terus berputar. Namun, dia terus berjalan. ... read more.. diklik

Read More..

Berkibarlah Merah Putih di Kilimanjaro...


KOMPAS.com- Hempasan angin kencang dan taburan bintang menyelimuti Gunung Kilimanjaro, Tanzania, Afrika, Senin (17/8) dini hari. Ketika mulai berpijak pada ketinggian 5.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), langkah Manikmaya Waskitojati (22) mulai terhuyung, napas tersengal, dan kepala terus berputar. Namun, dia tidak berhenti berjalanManik bersama dua anggota tim Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Negeri Semarang (Mahapala Unnes), yaitu Priyo Handoko (23) dan Ivan Hafidh Wasiana (23), bertekad mengibarkan bendera merah putih di Uhuru Peak, puncak Gunung Kilimanjaro yang berada pada ketinggian 5.895 mdpl pada Senin (17/8) pagi.

Semangat itulah yang kemudian mendasari mereka terus melangkah walau perlahan. Dengan kondisi fisik yang terus menurun, air minum yang membeku karena suhu udara

mencapai minus 12 derajat celsius, asupan oksigen ke otak yang semakin menipis karena rendahnya tekanan udara, ketiga mahasiswa tersebut tetap pantang menyerah.

Bahkan, demi membakar semangat, mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya sekitar 30 menit sebelum titik tertinggi di benua Afrika tersebut. "Yang ada dalam pikiran kami adalah sampai puncak Kilimanjaro dan mengibarkan merah putih di sana," ujar Ivan, sang ketua tim.

Ketiga mahasiswa Unnes itu memulai pendakian melalui jalur Umbwe Gate, sisi selatan Kilimanjaro. Jalur ini merupakan jalur pendakian terpendek dan tersulit dari lima jalur lainnya, yaitu Mweka Gate, Marangu, Machame, Shira (semuanya terletak di Tanzania), dan Loitokitok (Kenya). Gunung Kilimanjaro terletak di dua negara yaitu Tanzania dan Kenya.

Bukan tanpa persiapan, perjalanan yang ditempuh selama 11 hari ini (6 hari pendakian dan 5 hari perjalanan darat) yang mereka rencanakan sejak November 2008 lalu itu. Mulai dari persiapan fisik, perbekalan, psikologi, dan bahasa terus dilatih tanpa jeda.

Tak pelak, kegiatan yang menelan biaya hingga Rp 230 juta itu mendapat dukungan penuh dari pihak universitas. Rektor Unnes Sudijono Sastroatmodjo mengatakan, selain memberikan dukungan biaya, pihak universitas juga memfasilitasi kemudahan jaringan dari Indonesia menuju Kenya dan Tanzania.

Ketua Umum Mahapala Unnes Khaerul Hamzah mengatakan, pendakian Gunung Kilimanjaro ini merupakan bagian awal dari program jangka panjang Mahapala yang berambisi untuk mendaki tujuh puncak tertinggi di dunia, yaitu, Mount Everest (Nepal dan China), Elbrus (Rusia), Mckinley (Alaska), Aconcagua (Argentina), Mckinley (Amerika Serikat), Kosciuszko (Australia), dan Carstenz Pyramide (Indonesia).

Yang pasti, walaupun membawa misi perjalanan hingga ke luar tanah air, ketiga pencinta alam dari Unnes itu tidak akan melupakan kewajibannya. Sampah yang dihasilkan selama perjalanan, mereka bawa pulang tanpa sisa dan tidak ada satu benda pun yang mereka bawa dari Kilimanjaro sebagai buah tangan.

Semangat itu persis sesuai dengan pemeo para pencinta alam, take nothing but picture, leave nothing but footprints, and kill nothing but time (tidak mengambil apapun kecuali foto, tidak meninggalkan apapun kecuali jejak kaki, dan tidak membunuh apapun kecuali waktu). (HARRY SUSILO)

Read More..
FREE Hosting by CO.NR