Monday, December 27, 2010
Persiapan Mendaki Aconcagua
BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Setelah beristirahat seminggu di Santiago, Cile, tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) 2009-2012 mulai mempersiapkan diri untuk pendakian ke Puncak Aconcagua (6.959m). Akhir pekan lalu tim yang didukung penuh PT Mudking Asia Pasifik Raya itu bergerak ke Mendoza, Argentina menggunakan bus.
Wartawan Warta Kota Max Agung Pribadi yang bergabung bersama tim, Minggu (26/12/2010) melaporkan, tim mengecek ulang dan memilah semua perlengkapan dan belanja logistik yang masih kurang. Perlengkapan yang sebelumnya digunakan tim untuk mendaki Puncak Vinson Massif di Kutub Selatan tidak seluruhnya digunakan di Aconcagua. Jaket downsuit dan sepatu triple boot misalnya, hanya akan digunakan kembali di Gunung Everest dan Mc Kinley (Amerika Utara). Peralatan itu ditinggalkan di Mendoza.
Tim yang beranggotakan Sofyan Arief Fesa (27), Janatan Ginting (21), Broery Andrew (21), dan Xaverius Frans (21) mendaki puncak Aconcagua dengan dukungan pemandu gunung dari Acomara. Pendakian dimulai pada 28 Desember setelah sebelumnya tim bergerak ke Puenta del Inca menggunakan kendaraan.
Pendakian ke Aconcagua dimulai dari titik ini setelah pencatatan administrasi di Destacamento Guardaparque Horcones atau semacam kantor pengelola taman nasional setempat. Dari 33 jalur menuju puncak, jalur melalui Polish Original Glacier termasuk yang terpanjang.
Dari Puente del Inca, akses menuju puncak terbagi menjadi dua, ke arah barat melalui Lembah Horcone dimana Rute Normal berada serta ke arah timur melalui Lembah Vacas dimana Rute Polish Glacier berada. Pada peta topografi Provincial Aconcagua skala 1:50.000 terlihat, perjalanan di Lembah Vacas ini relatif landai dengan melintasi dua-tiga kontur dan dua kali menyeberangi Sungai Vacas. Jalan mulai menanjak tajam setelah melewati Casa de Piedra (3.245m), empat hari perjalanan dari Puente del Inca.
Ketua tim Sofyan Arief Fesa mengatakan, tim akan bergerak mengangkut seluruh logistik dengan mobil hingga Quebrada de Vacas. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan trekking dan perbekalan diangkut menggunakan mulas (sejenis keledai) hingga ke Pampa de Lenas (3.100m). Keesokan harinya menuju Casa de Piedra (3.600m) hingga ke Base Camp Plaza Argentina (4.180m).
Di base camp tim akan beraklimatisasi selama dua hari sambil mengangkut perbekalan menuju Camp I (4.950m) lalu kembali ke basecamp. Pada 5 Januari, tim melanjutkan pendakian dengan taktik himalaya yaitu mendaki sambil beraklimatisasi dengan menambah ketinggian dan memindahkan perbekalan secara bertahap. Setelah menginap sehari di Camp I, tim lalu memindahkan perbekalan ke Camp II (5.800m). Dari Camp II tim mendaki menuju Piedra Bandera (6.400m) dan direncanakan akan menggapai puncak pada 10 Januari 2011.
Muhamad Muqharabbin bin Mokhtarrudin (28) alias Qobin, pendaki Malaysia yang ditemui di pesawat menuju Buenos Aires mengatakan, cuaca di sekitar puncak Aconcagua tak menentu. ”Seringkali hanya nasib baik saja kita bisa ke puncak karena sekalipun hari cerah, angin kencang bertiup sewaktu-waktu. Kalau anginnya sudah sampai 40 kilometer per jam, kita tidak bisa ke puncak karena bahaya terkena frostbite,” tutur Qobin yang baru turun dari puncak pada pertengahan Desember lalu.
Ia dalam perjalanan menuju Vinson Massif untuk menggenapi pendakian Seven Summits. Sehari sebelum ia menggapai puncak, tiga tenda di camp III sampai hancur disapu Angin Putih atau El Viento Blanco, cuaca ekstrem Aconcagua yang sangat terkenal.
“Cuaca setempat benar-benar tak menentu. Karena itu pandai-pandailah mengatur waktu buat summit attack,” tutur Qobin yang juga sudah mendaki Everest (2004), Kilimanjaro (2010), dan Kosciusko (2010). (MAX) Read More..
Tim Mulai Mendaki Menuju Kamp 1
PLAZA DE MULAS, KOMPAS.com — Dalam pendakian Aconcagua hari ketujuh, tim ekspedisi tujuh puncak dunia mulai bergerak menuju kamp 1 atau Plaza Canada di ketinggian 4.910 meter di atas permukaan laut (4.910 mdpl) setelah empat malam menginap di Plaza de Mulas untuk aklimatisasi. Tim berangkat pada Jumat (24/12/2010) pagi setelah sarapan dan cek peralatan.
Tim menginap di kamp utama Plaza de Mulas (4.300 mdpl) untuk aklimatisasi sebelum menembus ketinggian 5.000 mdpl. Rencananya, tim akan dijadwalkan mendaki ke puncak Aconcagua (6.962 mdpl) pada 28 Desember jika cuaca cerah.Perjalanan menuju Plaza Canada memerlukan waktu sekitar 3-4 jam melalui medan tanah berbatu yang terjal. Tim akan menginap sehari di Plaza Canada sebelum bergerak ke kamp 2 atau Nido de Condores (5.334 mdpl) dan menginap dua hari untuk aklimatisasi.
Setelah itu, tim bergerak menuju Camp Colera di ketinggian sekitar 5.900 mdpl. Awalnya, tim akan menginap di Camp Berlin atau kamp 3 di ketinggian 5.800 mdpl. Namun, terdapat perubahan rencana karena Camp Colera lebih dekat ke puncak.
Dalam perjalanan dari Plaza de Mulas menuju Camp Colera, anggota tim, baik dari media maupun pendaki, akan menggunakan porter untuk mengangkut sebagian barang untuk tidur, peralatan pendakian es, dan peralatan pengiriman berita.
Sebelumnya, tim juga telah melakukan aklimatisasi ke Plaza Canada pada Rabu (22/12/2010) lalu saat masih menginap di Plaza de Mulas. Dalam aklimatisasi tersebut, beberapa anggota tim terkena sakit kepala dan sesak napas, gejala penyakit ketinggian.
Namun, koordinator pemandu dari Aymara, Andres Girotti, mengatakan bahwa kondisi itu merupakan hal yang normal asalkan sakitnya masih dalam taraf ringan. “Yang terpenting adalah minum air yang banyak,” ucapnya. Read More..
Besok, Pendakian Puncak Aconcagua
BUENOS AIRES, KOMPAS.com — Tim ekspedisi tujuh puncak dunia mulai Sabtu (25/12/2010) akan memulai pendakian puncak Aconcagua di Argentina. Ini merupakan puncak keempat yang akan didaki setelah tim sukses mencapai Puncak Cartenz di Papua, Kilimanjaro di Afrika, dan Elbrus di Eropa.
Dari informasi yang diterima Kompas.com, kondisi fisik, mental, dan medis tim sehat, sesuai hasil cek medis terakhir selesai melakukan aklimatisasi di Plaza de Mulas, salah satu base camp sebelum mendaki puncak. Beberapa anggota tim sempat mengalami pusing-pusing dan diare, tetapi sudah pulih. Semua peralatan sudah diuji coba dan memenuhi syarat. Selain itu, pemandu profesional melayani dengan baik. Yang penting, selera makan semua anggota tim masih terjaga dengan baik.
Pendakian Aconcagua yang dilakukan Wanadri ini dipimpin oleh Yoppi sebagai ketua tim, Ardhesir sebagai komandan pendaki, dan Nurhuda sebagai komandan operasi. Mereka secara khusus mohon agar didoakan sebelum pendakian puncak Aconcagua dimulai. Read More..
Tim Pulihkan Kondisi di Plaza de Mulas
JAKARTA, KOMPAS.com - Perjalanan tim ekspedisi 7 Summits menuju puncak Aconcagua di ketinggian sekitar 6.962 meter di atas permukaan air laut (mdpl) terus berlanjut. Hingga kemarin, Selasa (21/12/2010) waktu setempat, tim telah tiba di Plaza de Mulas pada ketinggian 4.260 mdpl. Berdasarkan informasi yang diterima dari Sekretariat Ekspedisi 7 Summits, Rabu (22/12/2010), sesuai rencana awal, kemarin (Selasa), tim beristirahat sehari penuh di Plaza de Mulas untuk memulihkan kondisi sebelum melanjutkan perjalanan. Di titik ini seluruh anggota tim juga kembali melakukan cek medis.
Secara keseluruhan, tim berada dalam kondisi yang baik, meskipun beberapa personel seperti Martin Rimbawan dan Nurhuda mengalami penurunan kondisi. Nurhuda yang mengalami diare sejak beberapa hari sebelumnya mengaku bahwa kondisinya telah membaik, dan tim medis telah menyatakan tidak ada masalah dengan kesehatannya.
Nurhuda, komandan operasional menuturkan dalam laporannya bahwa perjalanan yang ditempuh oleh tim pada hari sebelumnya, Senin (20/12/2010) merupakan perjalanan yang cukup berat. Tim menempuh perjalanan sejauh 20 kilometer dari Confluencia menuju Base Camp Plaza de Mulas.
"Kami berjalan selama 10 jam 20 menit. Kita mulai berjalan pukul 08.15, dan tiba di Base Camp pukul 18.20. Mungkin ini perjalanan terpanjang dari pendakian Aconcagua secara keseluruhan," tulis Huda dalam laporannya kepada Sekretariat tim 7 Summits, Rabu (22/12/2010).
Dalam perjalanan ini, lanjut Huda, beberapa anggota tim mulai merasakan sakit kepala ringan. Hingga pada ketinggian 3.900 mdpl di Ibanez Camp Site, reporter dari Metro TV, Yulian, tidak bisa melanjutkan perjalanan karena sakit kepala. Yulian pun turun kembali ke Confluencia, sementara anggota tim lainnya melanjutkan perjalanan.
"Besok (22 Desember), Yulian akan menyusul ke Plaza de Mulas menggunakan mules (sejenis keledai untuk transportasi lokal). Tapi dia tidak diizinkan untuk mendaki lebih tinggi. Jadi kemungkinan dia akan tinggal di base camp selama tim melakukan pendakian," urai Huda.
Perjalanan dalam beberapa hari mendatang, imbuhnya, akan sedikit berubah dari rencana awal. Hal ini dilakukan setelah tim berdiskusi dengan pemandu perjalanan. Salah satu perubahan adalah terkait dengan lokasi camp ketiga nanti. Awalnya, tim berencana menggunakan Camp Berlin sebagai Camp 3. Namun dengan berbagai pertimbangan, tim akan menggunakan Camp Colera yang terletak sekitar 50 meter vertikal di atas Camp Berlin sebagai camp ketiga.
Meski terjadi perubahan rencana, hal ini tidak merubah jadwal tim untuk melakukan summit attack pada tanggal 28 Desember mendatang. Ardhesir Yaftebi, Iwan Irawan, Nurhuda, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi serta Gina Afriani adalah enam pendaki inti dalam ekspedisi 7 summits yang berasal dari Wanadri. Dalam pendakian ke puncak tertinggi benua Amerika Selatan kali ini, mereka didampingi oleh ketua harian 7 Summits, Yoppi Rikson Saragih. Turut serta dalam rombongan pendaki, Harry Susilo (Kompas), Yulian dan Popo Nurakhman (Metro TV).
Ekspedisi yang akan berlangsung hingga 2012 ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, antara lain Pertamina, Telkomsel, Eiger, Point Trek dan Tugu Pratama.
Tim 7 Summit Memulai Pendakian
JAKARTA, KOMPAS.com - Tim 7 Summits memulai pendakian menuju puncak Aconcagua yang berada di 6.962 meter di atas permukaan air laut (mdpl) sejak akhir pekan lalu. Pada Sabtu (18/12/2010) sekitar pukul 11.30 waktu setempat, perjalanan dimulai dari Puente Del Inca, tempat mereka bermalam, menuju Confluencia.
Sebelum memulai tracking ke Confluencia, tim berkesempatan untuk menengok cemetery Andinista. Ini adalah sebuah memorial yang dibuat pengelola setempat untuk para pendaki yang tewas dalam perjalanannya di Aconcagua. Norman Edwin, pendaki gunung asal Indonesia juga merupakan salah satu nama yang ada di memorial tersebut.
Dari Puente Del Inca menuju Confluencia, tim melalui medan yang relatif landai. Nurhuda, komandan operasi tim menuturkan, medan ini tak jauh berbeda dengan sebelumnya, yaitu berupa gurun, kering, dan berangin. Tak lama, setelah menaiki bukit pertama, terlihat danau berwarna hijau. Namanya Laguna de Horocones. Ia adalah oasis yang airnya bersumber dari Rio de Horocones, tulis Nurhuda dalam laporannya ke sekretariat 7 Summits melalui surat elektronik.
Medan yang cenderung serupa menyertai perjalanan tim hingga mereka tiba di Confluencia camp, 4 jam kemudian. Confluencia camp sendiri merupakan sebuah pertemuan lembahan sekaligus persimpangan antara dua jalur untuk menuju puncak Aconcagua, yaitu jalur normal (yang tim gunakan) serta jalur south face. Jalur kedua terkenal dengan tingkat kesulitannya, dan bahkan masuk sebagai tiga dinding tersulit di dunia.
Setelah tiba di Confluencia Camp di ketinggian 3.300 mdpl, tim beristirahat sejenak lalu kemudian mendirikan tenda. Satu tenda, akan berisi masing-masing dua orang. "Tidak mudah mendirikan tenda dalam terpaan angin yang cukup kencang," tulis Huda menggambarkan kencangnya angin di camp.
Lolos Tes Medis Pertama
Setelah mendirikan tenda, tim dipanggil satu per satu untuk melakukan tes medis. Hal ini memang menjadi salah satu persyaratan yang wajib dilakukan oleh seluruh pendaki yang ingin menggapai puncak Aconcagua.
Dalam pemeriksaan medis yang pertama ini, enam pendaki utama yaitu Ardhesir Yaftebi, Iwan Irawan, Nurhuda, Fajri Al Luthfi, Martin Rimbawan dan Gina Afriani dinyatakan sehat. Begitu pula dengan ketua harian 7 Summits, Yoppi Rikson Saragih, dan tiga wartawan yang turut serta, yaitu Harry Susilo (Kompas), Popo Nurakhman dan Yulian (Metro TV) juga dinyatakan tidak bermasalah dengan kondisi medisnya.
Keesokan harinya, Minggu (19/12/2010), tim memulai proses aklimatisasi atau penyesuaian dengan ketinggian. Tujuan pertama aklimatisasi adalah Plaza Francia pada ketinggian 4.000 mdpl. Proses aklimatisasi ini akan terus berlanjut ke Plaza de Mulas, Plaza Canada, dan seterusnya pada hari-hari berikutnya. Rencananya, tim akan melakukan summit attack pada tanggal 28 Desember nanti.
Aconcagua merupakan puncak keempat yang menjadi tujuan dari tim 7 Summits, setelah sebelumnya mereka berhasil membawa Merah Putih ke puncak Ndugu-Ndugu, Kilimanjaro dan Elbrus. Perjalanan ke tujuh puncak tertinggi di tujuh benua ini akan berlangsung hingga 2012 mendatang. Read More..
Tim Bertolak ke Mendoza
BUENOS AIRES, KOMPAS– Tim ekspedisi tujuh puncak dunia mulai bertolak ke Provinsi Mendoza menggunakan pesawat dari Ministro Pistarini International Airport, Buenos Aires, Kamis (16/12/2010) sekitar pukul 09.50 waktu setempat. Tim akan menginap sehari di Mendoza sebelum mulai mendaki puncak Aconcagua pada Jumat besok.
Tim dijadwalkan tiba di Mendoza, provinsi yang berbatasan dengan Cile, sekitar pukul 12.50 waktu setempat atau malam ini. Setelah itu, tim akan bertemu dengan pihak Aymara, yang menjadi guide pendakian ke Aconcagua, untuk kemudian mengurus perizinan pendakian dan melengkapi peralatan. Tim tujuh puncak dunia menggunakan jasa Aymara sebagai guide dan yang menyiapkan makanan selama pendakian.
Tim ekspedisi tujuh puncak dunia dari Wanadri yang beranggotakan Ardehir Yaftebbi (28), Iwan Irawan (38), Martin Rimbawan (25), Fajri Al Luthfi (25), Nurhuda (23), dan Gina Afriani (22) berencana memulai pendakian pada Jumat melalui jalur normal (normal route) yang merupakan rute paling sering digunakan pendaki.
Wartawan Kompas Harry Susilo yang menyertai para pendaki melaporkan, perjalanan dimulai dengan menggunakan mobil ke pos Taman Nasional Aconcagua di Laguna de Horocones yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki selama tiga hari ke base camp Plaza de Mulas (4.230 mdpl).
Dengan melalui serangkaian proses aklimatisasi, tim akan melanjutkan perjalanan melalui Plaza Canada (4.877 mdpl), Nido de Condores (5.334 mdpl), dan Camp Berlin (5.800 mdpl).
Setelah 11 hari pendakian, tim dijadwalkan dapat mencapai puncak Aconcagua pada 28 Desember mendatang. Pendakian ke Aconcagua ini paling aman dilakukan pada saat musim panas di Argentina, yaitu mulai November hingga Maret. Biasanya, pendakian sejak pertengahan Desember hingga akhir Januari merupakan yang terpadat sepanjang tahun.
Selain terkenal karena menjadi pintu masuk ke Aconcagua dan pesona alamnya yang menawan, Mendoza merupakan provinsi yang tersohor produksi anggurnya. Duta Besar RI untuk Argentina Kartini Nurmala Syahrir bahkan mengakui, jika kualitas anggur Mendoza merupakan yang terbaik di Argentina.
Jamuan makan malam
Sebelumnya, dalam jamuan makan malam, Rabu atau Kamis pagi waktu Indonesia Barat, tim dilepas oleh Kartini di kediamannya di Wisma KBRI, Buenos Aires. Pada kesempatan itu, Dubes berharap tim dapat mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi di Amerika Selatan tersebut.
Makan malam itu juga dihadiri rombongan delegasi Badan Pemeriksa Keuangan yang dipimpin anggota BPK Sapto Amal Damandari dan tim sepak bola U-17 dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). BPK hadir di Aconcagua dalam rangka mengaudit keuangan KBRI sedangkan tim sepak bola dari NAD sedang berada di Paraguay untuk berlatih sepak bola selama tiga tahun. KBRI di Argentina juga menaungi negara Paraguay dan Uruguay.
Menurut Kartini, berkibarnya merah putih di puncak Aconcagua yang berada di ketinggian 6.962 meter di atas permukaan laut (mdpl) dapat menjadi ajang promosi bangsa Indonesia di Amerika Selatan. Dia mengapresiasi tim yang mau melanjutkan semangat Norman Edwin, pionir pendakian tujuh puncak dunia dari Indonesia yang juga wartawan Kompas yang meninggal di Aconcagua pada Maret 1992.
Kartini sangat antusias dengan adanya program pendakian ke puncak Aconcagua dan ekspedisi tujuh puncak dunia yang dilakukan pendaki gunung dari Indonesia. “Andaikan saya 15 tahun lebih muda, saya pasti mau ikut serta,” ujar Kartini bersemangat.
Semasa mudanya, Kartini Syahrir juga merupakan sosok yang senang bertualang ke alam bebas. Dia turut bergabung dengan kelompok Mapala Universitas Indonesia pada 1968 dan sempat menjabat Ketua Umum Mapala UI pada 1974. “Saya masuk Mapala UI sebelum almarhum Norman,” katanya lebih lanjut. Read More..
Tim Puncak Dunia Dilepas Ibu Dubes
BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Tim ekspedisi tujuh puncak dunia yang akan mendaki puncak Aconcagua dilepas oleh Duta Besar RI untuk Argentina Kartini Nurmala Syahrir di kediamannya di Wisma KBRI, Buenos Aires, Rabu (15/12/2010) malam waktu setempat atau Kamis pagi waktu Indonesia. Dubes berharap tim dapat mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi di Amerika Selatan tersebut.
Tim dilepas Dubes RI Kartini Syahrir sambil makan malam di Wisma KBRI karena mereka akan bertolak ke Provinsi Mendoza yang berada di kaki Aconcagua pada Kamis (16/12/2010) pagi. Makan malam itu juga dihadiri rombongan delegasi Badan Pemeriksa Keuangan yang dipimpin anggota BPK Sapto Amal Damandari dan tim sepak bola U-17 dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
BPK hadir di Aconcagua dalam rangka mengaudit keuangan KBRI sedangkan tim sepak bola dari NAD sedang berada di Paraguay untuk berlatih sepak bola selama tiga tahun. KBRI di Argentina juga menaungi negara Paraguay dan Uruguay.
Menurut Kartini, dengan berkibarnya merah putih di puncak Aconcagua yang berada di ketinggian 6.962 meter di atas permukaan laut (mdpl) dapat menjadi ajang promosi bangsa Indonesia di Amerika Selatan. Dia mengapresiasi tim yang mau melanjutkan semangat Norman Edwin, pionir pendakian tujuh puncak dunia dari Indonesia yang juga wartawan Kompas yang tewas di Aconcagua pada Maret 1992.
Kartini sangat antusias dengan adanya program pendakian ke puncak Aconcagua dan ekspedisi tujuh puncak dunia yang dilakukan pendaki gunung dari Indonesia. "Andaikan saya 15 tahun lebih muda, saya pasti mau ikut serta," ujar Kartini bersemangat.
Semasa mudanya, Kartini Syahrir juga merupakan sosok yang senang bertualang ke alam bebas. Bahkan, dia turut bergabung dengan kelompok Mapala Universitas Indonesia pada 1968 dan sempat menjabat Ketua Umum Mapala UI pada 1974. "Saya masuk Mapala UI sebelum almarhum Norman," katanya lebih lanjut.
Rencananya, tim akan berangkat menuju Provinsi Mendoza, yang berbatasan dengan Cile, menggunakan pesawat dengan menempuh perjalanan selama sekitar 2,5 jam. Tim akan menginap sehari di Mendoza sebelum pergi menggunakan mobil ke pos Taman Nasional Aconcagua di Laguna de Horocones yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki selama tiga hari menuju base camp Plaza de Mulas (4.230 mdpl) yang termasuk dalam rute normal.
Tim Berangkat Menuju Argentina
CENGKARENG, KOMPAS.com - Tim ekspedisi tujuh puncak dunia yang akan mendaki ke Gunung Aconcagua telah berangkat menuju Buenos Aires, Argentina dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, Selasa (14/12/2010) dini hari.
Tim menggunakan pesawat Qatar Airways QR 671 dan dijadwalkan tiba di Buenos Aires pukul 20.30 di hari yang sama. Argentina memiliki perbedaan waktu sekitar 11 jam lebih dulu dibandingkan Indonesia.Tim akan transit terlebih dulu di Doha, Qatar. Rencananya, tim akan berkunjung ke kantor Kedutaan Besar RI di Argentina sekaligus bersilaturahmi dengan Dubes RI untuk Argentina Dr Kartini Syahrir.
Manajer tim sekaligus Ketua Harian Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Yoppi Rikson Saragih mengatakan, tim akan singgah dua hari di Buenos Aires sebelum ke Mendoza, Pendakian dimulai pada 17 Desember. Read More..
Gunung Aconcagua Jadi Target Berikutnya
JAKARTA, KOMPAS.com - Usai sukses menaklukkan puncak Gunung Elbrus (5.642 mdpl) pada Agustus lalu, kali ini tim 7 summits Indonesia yang terdiri dari Ardeshir Yaftebbi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Fajri Al Luthfi, Narhuda serta Gina Afriani, kembali bersiap untuk melakukan pendakian keempat. Mereka ingin menaklukkan puncak tertinggi dari Gunung Aconcagua di Argentina.Gunung yang memiliki ketinggian mencapai 6.962 mdpl ini merupakan puncak tertinggi untuk kawasan Amerika Selatan. Rombongan dijadwalkan akan memulai perjalanan pada 17 Desember 2010 dari Mendoza ke kaki Aconcagua.
Rencananya, tim akan mencapai base camp pada tanggal 20 Desember 2010. Selama di base camp dengan ketinggian 4.000 mdpl ini tim akan melakukan aklimatisasi selama tiga malam.
Dari base camp, tim menuju tiga tahapan selanjutnya yakni camp 1 di Kanada dengan ketinggian 4.877 mdlp, camp 2 di Nido de Condores dengan ketinggian 4.334 mdpl dan camp 3 di Berlin dengan ketinggian 5.800 mdpl.
Di camp terakhir, tim rencananya akan melakukan istirahat selama satu hari sebelum mencapai puncak Aconcagua yang rencananya dijadwalkan pada 28 Desember 2010.
Selama berada di tiga camp tersebut tim juga akan menjalani tes medis berupa pengukuran kadar oksigen dalam darah (saturasi oksigen). Ini sangat penting mengingat semakin tinggi puncak ketinggian yang didaki, semakin sedikit pula kandungan oksigen yang ada.
Mengenai persiapan, salah satu anggota tim Ardeshir Yaftebbi menuturkan telah melakukannya sejak merampungkan pendakian puncak Elbrus. Ia pun yakin timnya saat ini tengah dalam kodisi yang terbaik baik dari segi mental maupun fisik.
"Persiapannya sudah dari akhir Agustus lalu sampai seminggu terakhir ini. Yang perlu kami perhatikan adalah mengenai kondisi paru-paru yang cukup baik mengingat kadar oksigen yang sedikit di puncak Aconcagu nanti. Selain itu kami juga mewaspadai adanya awan putih dingin yang terkenal berbahaya," papar Ardeshir, di sela jumpa pers di Jakarta, Senin (13/12/2010).
Puncak Aconcagua merupakan gunung keempat yang akan didaki tim Indonesia. Jika berjalan dengan lancar, setelah Aconcagua pada bulan Mei 2011 nanti akan mendaki ke puncak Denali/Mc Kinley (6.194 mdpl) yang merupakan puncak tertiggi di Amerika utara.
Lalu pada Desember akan dilanjutkan dengan pendakian ke puncak tertinggi di Antartika, Vinson Massif (4.897 mdpl). Terkahir pada pertengahan tahun 2012, tim akan mendaki puncak tertinggi di dunia yakni Everest (8.848 mdpl).
Gunung Aconcagua Salah Satu yang Terberat
Bandung, Kompas - Pendakian Gunung Aconcagua di Argentina akan menjadi salah satu perjalanan terberat Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Wanadri 2010. Aconcagua terkenal dengan badai angin dan suhu udara hingga di bawah 35 derajat celsius.
”Aconcagua adalah gunung tertinggi kedua. Pendakian ini akan menjadi salah satu yang terberat dan memerlukan banyak persiapan, terutama fisik. Di sana kami harus membawa barang dan perlengkapan sendiri karena tidak ada jasa porter,” ujar Ketua Tim Pendakian Ardesir Yaftebi di Bandung, Sabtu (2/10).Aconcagua (6.962 meter di atas permukaan laut/mdpl) adalah gunung tertinggi di Amerika Selatan, berlokasi di perbatasan Argentina dan Cile. Aconcagua didominasi es, gletser, dan bebatuan. Selain badai angin, yang harus diwaspadai juga adalah kadar oksigen tipis. Kadar oksigen di puncak Aconcagua lebih rendah sekitar 40 persen daripada di daerah dekat laut.
Akan tetapi, dilihat dari karakteristik perjalanan, tingkat kesulitannya terbilang masih ringan karena tidak perlu memanjat tebing es. Bagi pendaki, sejauh ini berjalan kaki di atas es menjadi yang paling sulit dijalani.
Ardesir mengatakan, tim memulai pendakian dari Provinsi Mendoza, Argentina, menuju puncak selama 18 hari. Pos pertama yang dilewati adalah Pos Plaza de Mulas (4.260 mdpl).
Selanjutnya, tim akan melewati Pos Plaza Canada (4.910 mdpl) dan Pos Nido de Conderas (5.250 mdpl). Pos yang akan dilewati sebelum puncak adalah Berlin (5.900 meter). Perjalanan itu merupakan yang terlama dari tiga puncak yang telah didaki, yakni Cartenz (4.884 mdpl/Papua), Kilimanjaro (5.892 mdpl/ Tanzania), dan Elbrus (5.652 mdpl/Rusia). Waktu itu termasuk proses aklimatisasi di lapangan.
”Waktu yang kami ambil merupakan saat paling ideal untuk pendakian karena di sana sedang musim panas. Lapisan es tidak terlalu keras sehingga memudahkan perjalanan,” kata Ardesir.
Berkaca dari fakta di atas, latihan intensif pun langsung dilakukan sejak sebulan lalu. Latihan dilakukan tiga bulan sebelum keberangkatan.
Ketua Umum Wanadri Darmanto mengingatkan agar fokus utama perjalanan kali ini adalah keselamatan pendaki.
Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Wanadri dimulai sejak 5 Mei 2010 hingga tiga tahun ke depan. Empat gunung lain yang akan didaki adalah Aconcagua, Mckinley (6.194 mdpl), Vinson Masif (4.897 mdpl), dan Everest (8.850 mdpl). (CHE)